PEKAN PEERKENALAN DI PONDOK MODERN GONTOR
Oleh
: KH. Abdulah Syukri Zarkasyi MA
Latih diri kalian !
untuk belajar kehidupan di Pondok ini secara total, tidak hanya mencari kelas
B,C,D saja, kalau demikian, maka itu hanya sekedar berfikir akademistis dan
tidak berfikir kemasyarakatan. Maka jangan hanya berfikiran akademistis, yang
penting itu, apa yang bisa kita perbuat
untuk umat. Di Gontor ini apa yang harus kita
kerjakan ?. Di Gontor
sekarang ini tidak ditanya apa titelmu, dimana kamu mendapatkan titelmu, tapi
yang ditanya apa yang kamu perbuat untuk Gontor?. Jadi kalian tidak akan
ditanya tentang doctor, MA, S2, S3-nya bagaimana, tetapi yang penting apa yang
bisa kamu perbuat untuk Gontor.
Kalau bisa, kita
secara totalitas mengayahi dan mengerjakan, serta mengetahui pondok secara
keseluruhan. Totalitas pondok secara keseluruhan ini bagaimana? Ibaratnya anak
kelas satu diujung Aligarh
tingkat dua turun berjalan 50 m ke utara melihat pengurus sedang mengatur
anggotanya, maka terdetiklah di hatinya “ Nanti saya akan jadi seperti pengurus
itu. Akan jadi ketua rayon “, yang demikian itu merupakan teladan dan dorongan
untuk mereka. Kemudian ia melanjutkan perjalanan ke dapur, baru beberapa
langkah melihat ada Koran baru di etalase, ia membca berita-berita actual,
sampai di dapur melihat teman-temannya antri dan saling menanyakan lauk pauk, sambil menunggu antri ia
pergi ke walapa untuk membeli lauk pauk, ketemu banyak teman, berdialog dan
seterusnya. Satu hari begitu, dua hari dan seterusnya ia terbiasa dengan irama
disiplin, di Gontor kalau tidak ada disiplin susah, badannya kerja, otaknya
berfiikir, perasaannya berjalan baik, seminggu dapat lebih banyak lagi, sebulan lebih banyak lagi, setahun sampai
enam tahun akan diwarnai oleh pondok ini. Kalau sudah begitu dia mendapatkan apa
yang ada dipondok ini. Bisa menyadarkan orang tanpa tempelengan. Dia sadar
menjadi ketua rayon, dia sadar menggerakkan orang, sadar menjadi ketua OPPM.
Nah sekarang
bagaimana cara kita untuk menjadi
orang musta’mal? Ada
sebuah hadits mengatakan “ Sesungguhnya Allah bila mencintai hambaNya, maka
dipakai hambaNya “ bahkan dipahamkan tentang agama, maka jadilah kalian orang-orang
yang musta’mal.
Sebaik–baik manusia adalah yang bermanfaat untuk manusia,
dari manusia yang bermanfaat ini, kehidupan pondok ini kita atur. Pondok ini
didirikan atas adanya jiwa dan filsafat hidup maka jiwa pesantren ada lima : 1. Keikhlasan 2.
Kesederhanaan 3. Ukhuwah Islamiyah 4. Kemandirian 5. Kebebasan, ditambah dengan
syiar atau motto pondok : berbudi tinggi, berbadan sehat, berpengetahuan luas
baru berfikiran bebas, dan niat kita di Gontor ini harus tholabul Ilmi Lillah,
tholabul tarbiyah watta’lim, mengajar Lillah dan apa pun yang kita perbuat di pondok
ini harus Lillah, maka dalam segala kesempatan kita disuruh berniat dan berdo’a
dengan membaca nama Allah, bahkan iman kita pun harus selalu diperbaiki dan diperbaharui
setiap saat, karena iman itu selalu
bertambah dan berkurang, kalau iman sedang maju
maka kerjakanlah yang sunnah–sunnah,
tetapi kalau iman sedang mundur maka
kerjakan yang wajib.
Demikian pula idealisme
dan cita–cita kita, kadang–kadang naik keatas langit, tetapi kadang drop ke
titik rendah. Setan itu masuk ke dalam diri kita dalam dua hal, yakni ketika kita sedang marah sehingga emosi tidak
terkendali, dan ketika kita brsuka cita hingga lupa diri, karena itu khoirul
umuri Awsatuha, senang tidak terlalu senang dan benci tidak terlalu benci, dan marah
juga tidak terlalu marah. Cintailah
orang yang kamu senangi dengan sekedarnya, karena bisa jadi nanti ia akan
menjadi orang yang kamu benci. Bencilah orang yang kamu benci sekeda rnya, bisa
jadi ia akan menjadi orang yang kamu senangi suatu hari nanti. Memang dalam praktek
berpolitik tidak ada kawan dan tidak ada musuh yang abadi, yang ada hanyalah
kepentingan yang abadi.
Kenali kikhlasan
ini. Kalau seluruh pondok ini diwarnai dengan keikhlasan, kyainya ikhlas,
santrinya ikhlas, jadilah Gontor ini negara
keikhlasan, dunia keikhlasan, dan kalau seluruhnya sudah ikhlash, malaikat akan
turun disini. Apalagi seperti sekarang, kita sedang berada dalam majalisu dzikri,
setiap hari Allah mempunyai malaikat yang terbang keseluruh dunia ini untuk melihat
keadaan manusia ketika malaikat menemukan orang yang berkumpul, ditanya oleh
Allah “ Ada apa
wahai malaikat ? “: Jawab malaikat “Mereka berkumpul untuk meninggikan namamu ya
Allah”. “Apa mereka itu tahu kepada saya ?”. “Andai kata tahu, mereka akan
takut kepada Engkau wahai Allah, mereka juga tidak tahu tentang surga dan
neraka, andai kata tahu, mereka akan berbuat sebaik – baiknya, takut kepada
neraka atau kepada Engkau, tapi mereka tidak tahu mereka hanya memohon ampun
kepada Engkau ya Allah dan mereka memohon supaya amalnya diterima”. Allah
bersabda : “Ya saya ampuni dosa-dosa mereka ”. Mereka inilah yang disebut
berada dalam majlis dzikri.
Totalitas keikhlasan kita kepada Allah, kita wujudkan dalam
segala hal, sampai seluruh guru tidak dibayar oleh santri. Yang dimakan guru
dari SPP itu kecil,yang banyak diambil dari hasil unit usaha unit- usaha pondok
yang dikelola oleh para guru, bahkan sebagian digunakan untuk biaya pembangunan,
yang demikian ini supaya guru itu mandiri, dan pondok ini pun demikian pula,
sehingga keikhlasan itu terjamin, Karena guru dicukupi oleh dirinya sendiri.
Kesederhanaan artinya wajar, sederhana bukan berarti
miskin, wajar itu macam–macam, nyentrik tidak wajar dan tidak sederhana, maka seseorang
yang wajar itu sederhana, sederhana itu sesuai dengan kebutuhan, anak kelas
enam penting untuk mengetahui dan
mengikuti acara Khutbatul Arsy dan tidak boleh ngantuk, mengantuk dalam acara
seperti ini berarti tidak sederhana. Kesederhanaan artinya wajar bukan melarat,
akan tetapi sesuai dengan kebutuhan.
Semua gerakan ekonomi yang kita laksanakan di Pondok ini
untuk menopang kemandirian, dan pondok secara menyeluruh memang harus mandiri. Gontor
selama 76 tahun tidak pernah diperhatikan oleh pemerintah sedikit pun dan tidak pernah
diakui, tapi dengan kemandirian, Gontor tambah eksis dan terus berkembang hinga
mendapat pengakuan dari Al Azhar, Saudi Arabia, Tunis, Maroko, sampai India, Pakistan dan Afrika. Indonesia tidak
mau mengakui, itu suatu kesombongan, baru dua tahun terakhir meraka tahu dan
mengakui kelebihan dan keunggulan sistim pendidikan Gontor. Gontor dengan
pendidikan kemandirian ini, bisa membiayai dirinya sendiri, bahkan orang luar
menganggap Gontor kaya raya.
Kalau
ada santri yang melakukan tugas-tugasnya di Pondok, meskipun dia belum faham
sepenhnya asalkan beri’tikad baik pasti ada gunanya , saya bekerja pasti ada gunanya, sembahyang mesti ada gunanya
maka saya sembahyang, puasa mesti ada gunanya,
jadi dia memahami dengan mata Iman,
tetapi kita di Gontor ini mengharapkan agar santri bisa memahami dengan
mata hati, Iman, Otak, dan dibuktikan dengan dengan kerja nyata, sebuah hadist
mengatakan : Setiap amal anak Adam itu untuk kepentingan dirinya sendiri kecuali
puasa, maka sesungguhnya puasa itu untuk
Allah dan Allah akan memberikan pahala, maka kita sembahyang, bukan untuk
kepentingan Allah, kita zakat dan beramal sholeh juga bukan karena Allah butuh
akan semua itu, tetapi semua itu untuk diri kita sendiri. Seorang guru yang mengajar santrinya sebenarnya
juga mengajar untuk dirinya sendiri, maka seorang santri yang menjadi pengurus dengan sekian banyak permasalahan kehidupan
pondok manfaatnya untuk kepentingan santri sendiri, itulah gunanya kita harus
memahami. Santri ngepel, jaga rayon, menjaga pondok, piket malam, semua itu untuk
mendidik rasa tanggung jawab menjaga pondok. Rasa tanggung jawab kepada pondok
itulah yang kita didik, Sembahyang itu harus ikhlas karena Allah, bukan Allah minta di sembah–sembah, tanpa kita
sembahyang pun Allah tetap maha Besar,
maha Kaya, maha Segalanya.
Kita kembali bahwa Annasu A’dau Ma Jahilu, maka pelajarilah
apa–apa yang belum kamu ketahui dengan
seksama, jadi menurut sejarahnya yang
membuat pondok bukan kyai tapi santrinya, karena itu yang melaksanakan aktifitas kehidupan pondok adalah
santrinya sendiri, itulah pondok pesantren, dan dari sejarah inilah pondok
pesantren mandiri dan inilah asal mula berdirinya pondok pesantren dan Gontor
pun demikian pula.
Pondok pesantren
dengan sepak terjangnya sedemikian rupa harus dikenal secara keseluruhan.
Sejarahnya berdirinya Gontor dulu adalah setelah K.H. Ahmad
Sahal . setelah pulang dari
Mu’tamar ummat Islam di Surabaya, akhirnya beliau mendirikan Tarbiyatul Athfal,
dan pada tahun 1936 – 1937 diubah menjadi KMI khusus putra, sedang
santriwatinya dibubarkan, karena untuk
menanamkan militansi dalam pendidikan kepemimpinan itu tidak bisa santri putra dicampur dengan
santri putri. maka di Gontor tidak ada wanita, kita tidak madzhab naturalis, setelah
Pak Sahal mendirikan ini lalu Pak Imam Zarkasy mendirikan KMI laki – laki saja,
yang mana dulu santri masih kebanyakan bekas orang – orang yang ikut
bergerilya, berperang, mereka mondok sambil membawa senjata, Belati, Pistol,
Pedang, demikian pula tidak diperbolehkan satu konsulat dalam satu kamar, juga
tidak boleh berfikir propinsialis, sektoralis, dan pangalaman – pengalaman
seperti inilah maka mulai diadakan pekan perkenalan Pondok itu apa, bagaimana ?
Ada tentang Khizanatullah, ada tentang Kaderisasi, ada
tentang sarana dan dana, tapi itu rutinitas pondok itu saja kurang, membuat
dinamika pondok tidak hanya seperti itu saja, pondok secara menyeluruh harus
ada hubungan keluarga, kalau dulu ada PII { Pelajar Islam Indonesia }, setiap
tahun OPPM mengadakan Konfrensi di Surabaya, Jakarta,Cirebon setelah itu tidak
ada pergantian OPPM karena Orde Baru sedemikian rupa, tapi kita datangkan dipondok ini tamu sampai Presiden, Wapres,
dan Pangdam kita datangkan ke sini, kita rekayasa ini, kita mendatangkan Megawati
lewat mentri Agama, Wapres kita datangkan, mentri Agama kita datangkan, lebih
dari itu kalau bisa setiap tahun ada guru yang naik Haji, Syukur ada
santri santri yang ikut haji sampai 2 /
3 kali, kita adakan Umroh, bahkan kita adakan perkemahan di Jepang, Thailand
dsb. Nanti pertengahan tahun kita adakan Umrah, jadi dinamika di pondok ini
secara menyeluruh, bahkan Gontor akan membuat majalah namanya Majalah Gontor
bulan depan akan terbit dinamika pondok secara keseluruhan seperti itu,
ikutilah, dengarkanlah, dan hayatilah !.
0 komentar:
Posting Komentar