PEKAN PERKENALAN DI PONDOK MODERN GONTOR
Oleh : KH. Abdulah Syukri Zarkasyi MA
Betapa kita tidak
bersyukur kepada Allah, maka kita kerjakan kesyukuran itu dengan berkata,
dengan berfikir dengan berbuat.
Data jumlah santri Gontor Sekarang
ini sbb :
Pondok
|
Siswa/
Mahasiswa
|
Calon
Pelajar
|
Guru /
Dosen
|
Jumlah
|
PM. Gontor I
|
4.308
|
-
|
467
|
4.675
|
PM. Gontor II
|
549
|
114
|
114
|
777
|
PM. Gontor III
Darul Ma’rifat
|
1345
|
0
|
132
|
1.477
|
PM. Gontor IV
Putri Mantingan I
|
3.226
|
0
|
339
|
3.569
|
PM. Gontor IV
Putri Mantingan II
|
0
|
59
|
0
|
59
|
PM. Gontor IV
Putri Mantingan III
|
587
|
0
|
63
|
650
|
PM. Gontor V Darul Muttaqien Banyuwangi
|
405
|
0
|
45
|
405
|
PM. Gontor VI Darul
Qiyam Magelang
|
349
|
0
|
40
|
389
|
PM. Gontor VII
Riyadatul Mujahidin Sultra
|
44
|
0
|
16
|
60
|
Mahasiswa ISID
|
264
|
0
|
7
|
271
|
PLMPM
|
38
|
0
|
17
|
55
|
Jumlah
|
11.115
|
173
|
1.140
|
12.428
|
NB. Mahasiswa non KMI : 4
orang
jumlah santri ini menunjukkan
kepercayaan masyarakat kepada Gontor, kepercayaan wali murid yang tinggi kepada
Gontor.
Namun demikian
perlu bagi seluruh santri untuk mengenal pondok, karena salah satu keberhasilan
pondok modern Gontor adalah karena seluruh penghuni dan keluarga Gontor
memahami Gontor, karena dalama pondok modern Gontor selalu dipahamkan tentang
apa, siapa, bagaimana, bahkan sampai dimana kita hidup dalam kehidupan di
pondok modern Gontor, maka hari ini kita memulai langkah ayunan kaki pertama
menghadapi tahun 2003 dan puncaknya acara apel tahunan hari ini. Al hamdulillah, kita kenalkan olahraganya, keseniannya, semangatnya,
apelnya. Seluruh santri ikut apel, bahkan yang sakit pun ikut duduk ditepian
menyaksikan berlangsungnya acara, sampai yang dari Jakarta pun datang ke sini, sekretasi pribadi Wapres ust. H Husnan Bey,
perwakilan gontor dari Jakarta Ir. Ridho juga datang ke sini, perwakilan dari Darul
Ma’rifat, Banyuwangi, Magelang, hari ini juga, karena apel.
Apel itu didatangi,
tidak hanya dido’akan dari jauh, guru
yang tidak apel hari ini kita coret, hingga tidak jadi guru. Ini merupakan
salah satu cara kita dan wujud kesungguhan
seluruh guru dalam pondok ini perjuangannya. bahkan guru – guru dari luar kita
tarik ke dalam pondok, Ust. Imam Sukadi
kita tarik ke Gontor, Ust. Akrim
Mariyat juga kita tarik ke Gontor,
untuk apa ? menguji kesungguhannya terhadap pondok ini bagaimana, karena bukan
waktu dan tenaganya saja tetapi wujud kepribadiannya, wujud keberadaanya dalam
pondok, itulah pendidikan. Rumah saya disini, Ayah saya disini, dibuat, ditata begitu rupa
untuk bisa dilihat, didengar oleh santri, dan dirasakan oleh santri. Gerak kehidupan
Kyai supaya diketahui, kyai itu begini dan kyai begitu, dan semuanya itu untuk
mendidik, maka didalam pondok modern Gontor tidak boleh setengah – setengah dan
tidak boleh tanggung – tanggung.
Maka hasil itu seluruhnya hari ini. 5 jam anak – anak berdiri dari setengah tujuh,
setengah delapan, setengah sembilan sampai setengah dua belas, lima jam acara kita diadakan sedemikian rupa,
tidak ada yang sakit, Dram bandnya al hamdulillah bagus, semuanya pada
tempatnya. Al hamdulilah, semuanya
datang ditempat dengan selamat, bahkan turun hujan pun tidak menjadi masalah.
Kita bukan kehujanan tetapi hujan – hujan, beda antara
kehujanan dan hujan-hujan. Kalau kehujanan berarti tidak disengaja, bisa-bisa masuk
angin, tetapi kalau hujan – hujan kita
sengaja dengan kesiapan mental sedemikan rupa.
Maka hari ini Al hamdulillah kita kenalkan pondok kita ini dengan
Khutbatul Arsy dan Apel tahunan yang dihadiri oleh keluarga pondok saja. Pekan
perkenalan tidak kita kenalkan kepada orang luar, itu nanti ada acara sendiri. Mengundang orang luar dalam acara
Khutbatul Arsy itu “ GOBLOK, SALAH”. Kalau kamu nanti menjadi kyai Khutbatul
Arsy ngundang tamu dari luar, ngundang bupati, presiden, SALAH. Pondok ini dikenalkankan kepada keluarga kita sendiri,
itu saja dengan segala rekayasa dan
kesulitan, orang luar datang hanya menjadi Inspektur upacara, yang begini ini tidak benar. Mereka tidak mengenal pondok kita
ini maka tidak kita undang.
Kita melaksanakan
apel tahunan ini dengan penuh kesungguhan, karena itu anak-anak kecil pun kita
larang untuk duduk di depan. Kita membuat keseriusan, maka tadi malam anak – anak
harus tidur jam 09.00 biar segar badannya, karena pentingnya acara hari ini. Dan untuk
nanti malam supaya segar badannya, maka nanti siang diadakan
tidur wajib, tidak ada kegiatan, tidak ada pertemuan-pertemuan,
panggilan-panggilan, mashlahat Pondok lebih penting.
Al-hamdulillah
penampilan anak-anak hari ini dalam apel tahunan luar biasa, dengan penuh
semangat dan kesungguhan. Ini menunjukkan bahwa mentalitas anak-anak Gontor
tangguh.Dalam lomba Dramb band yang diadakan di Jogjakarta, Pondok Darun Najah
menggebu – gebu untuk menang, mereka menghabiskan dana yang sangat besar,
menyewa pelatih khusus, kendaraan khusus yang istimewa, tetati tetap kalah oleh
Gontor, ini karena anak-anak kita mempunyai mental yang kuat.
Segala kegiatan di
Gontor adalah pendidikan, hingga kadang-kadang terjadi gesekan – gesekan antar
santri karena padatnya kegiatan, semua itu mengandung nilai-nilai pendidikan.
Gesekan-gesekan itu akan semakin mengasah mental santri, memacu untuk
berkompetisi dengan baik sehingga menumbuhkan kreatifitas berfikir dan berbuat.
Kita semakin mantab
dengan keberhasilan sistim pendidikan yang sudah kita terapkan. Selama 76 tahun
Gontor tidak diakui, tetapi al-hamdulillah sekarang ini pendidikan Gontor sudah
diterima, diadopsi dan diterapkan di berbagai lembaga pendidikan dan Pesantren.
Al hamdulillah banyak anak-anak Gontor
yang belajar diluar negri : Madinah, Mesir ,
Pakistan dll.
Sehingga DEPDIKNAS mengakui dan menyamakan ijazah Gontor dengan SMUN, demikian
pula departemen agama yang mengakui dan menyamakan ijazah Gontor dengan MAN.
Berkat pendidikan
mentabilitas yang tinggi di Gontor ini maka mental para santri menjadi tangguh. Di Gontor tidak peduli anak
jendral, Bupati, Gubernur, mereka harus mencuci sendiri “ NO TIME FOR ECEK –
ECEk”, tidak ada yang dimanjakan mereka antri makan, lauk enak, tidak enak,
tetap tidak ada yang dibedakan. Karena
di Gontor ini kita tanamkan untuk berani
hidup tak takut mati, takut mati jangan hidup, takut hidup mati saja. Di Gontor ini Jiwa Feodalisme
kita hancurkan : minta dilayani, minta diistimewakan, minta dihormati, semua
itu tidak mendapat tempat di
Gontor .
Pekan Perkenalan
ini kita adakan, meskipun sebenarnya untuk mengenal pondok ini tidak cukup satu
minggu, karena yang diperkenalkan seluruh aspek yang ada di pondok ini,
setahun, sepuluh tahun pun tidak cukup untuk mengenlakan pondok ini, dua puluh
tahun tidak cukup, karena pondok ini terus berkembang, karena itu kita harus
mengikuti dan memahami Gontor dengan mata hati, mata perasaan, bukan mata
fikiran dan logika saja.
Kalau seorang
santri ingin belajar kepada seorang kyai, maka unsur kepercayaan santri kepada
kyai sangat penting. Dalam cerita ada seorang santri yang ingin belajar dari
seorang kyai, dia diterima sebagai santri, tetapi sampai berbulan – bulan
santri tersebut hanya diberi banyak pekerjaan, satu bulan pertama ia hanya
disuruh menngisi bak mandi, berikutnya
dia disuruh menebang dan membersihkan delapan rumpun bambu, bahkan ia juga
harus membersihkan WC. Tetapi santri tersebut tetap bertekat melaksanakan tugas
dan amanah dari kyainya. Semua itu untuk menguji kesungguhan dan kepercayaan
santri kepada kiyainya, baru setelah itu pada suatu hari diajarkan kepadanya ilmu
dan dido’akan oleh kyai sehingga akhirnya ia menjadi seorang kyai besar. Dia
adalah kyai Kholil
Bangkalan Madura .
Ini menunjukkan betapa perlunya kepercayaan santri kepada kyainya. Maka apabila
tidak ada kepercayaan seorang santri kepada kyainya maka ilmu apa pun tidak
akan masuk, kyai pun apabila tidak percaya kepada santrinya maka apa yang
diajarkan juga tidak akan masuk, karena itu diperlukan suatu kepercayaan dan hubungan
bathin antara santri dan kiyainya, walaupun terkadang santri tidak bisa
menyerap semua ajaran yang disampaikan kiainya, tapi karena adanya sentuhan keikhlasan, setruman dan kasih sayang,
insya Allah ilmu akn bisa diterima oleh santri, karena itu seorang guru
mengajar tidak hanya dengan otak, tapi juga dengan mata hatinya, mata keikhlasan dan mata Iman.
Dalam apel tahunan
tadi para asatidz, kelas enam dan mahasiswa ikut baris. Khutbatul Arsy tidak
hanya untuk kelas enam kebawah tapi untuk semua santri, semua guru, mahasiswa,
dan untuk seluruhnya, karena Al fatihah yang kita baca dari kecil sampai
sekarang sama saja, tetapi pemahaman
akan kandungana maknanya berbeda, semakin luas dan semakin dalam. Khutbatul
Arsy yang dulu dan yang sekarang sama, tetapi ma’nanya lain. Maka jangan diremehkan
Khutbatul Arsy ini, mungkin kata- kata yang saya ungkapkan sama tapi maknanya
lain. Banyak hal yang tidak bisa saya
ungkapkan dengan kata – kata, tapi saya uangkapkan dengan perasaan. Kita
terapkan dengan perilku dan kita ungkapkan dengan macam – macam hal, untuk itu
kita wajib mengikuti khutbatul Arsy ini dengan penuh kesungguhan.
0 komentar:
Posting Komentar