Rabu, 20 November 2013

KULIYAH UMUM BABAK I 2003

KULIYAH UMUM BABAK I PEKAN PERKENALAN DI PONDOK MODERN GONTOR

PEKAN PERKENALAN DI PONDOK MODERN GONTOR

Oleh : KH. Abdulah Syukri Zarkasyi MA

Betapa kita tidak bersyukur kepada Allah, maka kita kerjakan kesyukuran itu dengan berkata, dengan berfikir dengan berbuat.
Al hamdulillah santri Gontor saat ini  berjumlah 11.115 santri, bila digabung dengan mahasiswa dan dosennya semua berjumlah 12.428 orang, Al hamdulillah. Ketika almarhum KH Imam Zarkasyi wafat jumlah santri 2.225, sekarang ini jumlahnya mencapai 12.428. Berarti  sekitar sepuluh ribu bertambahnya santri


Data jumlah santri Gontor Sekarang ini sbb :
Pondok
Siswa/
Mahasiswa
Calon
Pelajar
Guru /
Dosen
Jumlah
PM. Gontor I
4.308
-
467
4.675
PM. Gontor II
549
114
114
777
PM. Gontor III
Darul Ma’rifat Kediri
1345
0
132
1.477
PM. Gontor IV
Putri Mantingan I
3.226
0
339
3.569
PM. Gontor IV
Putri Mantingan II
0
59
0
59
PM. Gontor IV
Putri Mantingan III
587
0
63
650
PM. Gontor V Darul Muttaqien Banyuwangi
405
0
45
405
PM. Gontor VI Darul
Qiyam Magelang
349
0
40
389
PM. Gontor VII
Riyadatul Mujahidin Sultra
44
0
16
60
Mahasiswa ISID
264
0
7
271
PLMPM
38
0
17
55
Jumlah
11.115
173
1.140
12.428
NB. Mahasiswa non KMI : 4 orang
jumlah santri ini menunjukkan kepercayaan masyarakat kepada Gontor, kepercayaan wali murid yang tinggi kepada Gontor.
Namun demikian perlu bagi seluruh santri untuk mengenal pondok, karena salah satu keberhasilan pondok modern Gontor adalah karena seluruh penghuni dan keluarga Gontor memahami Gontor, karena dalama pondok modern Gontor selalu dipahamkan tentang apa, siapa, bagaimana, bahkan sampai dimana kita hidup dalam kehidupan di pondok modern Gontor, maka hari ini kita memulai langkah ayunan kaki pertama menghadapi tahun 2003 dan puncaknya acara apel tahunan hari ini. Al hamdulillah,  kita kenalkan olahraganya, keseniannya, semangatnya, apelnya. Seluruh santri ikut apel, bahkan yang sakit pun ikut duduk ditepian menyaksikan berlangsungnya acara, sampai yang dari Jakarta pun datang ke sini,  sekretasi pribadi Wapres ust. H Husnan Bey, perwakilan gontor dari Jakarta Ir. Ridho juga datang ke sini, perwakilan dari Darul Ma’rifat, Banyuwangi, Magelang, hari ini juga, karena apel.
Apel itu didatangi,  tidak hanya dido’akan dari jauh, guru yang tidak apel hari ini kita coret, hingga tidak jadi guru. Ini merupakan salah satu cara kita dan wujud kesungguhan seluruh guru dalam pondok ini perjuangannya. bahkan guru – guru dari luar kita tarik ke dalam pondok, Ust. Imam Sukadi kita tarik ke Gontor, Ust. Akrim Mariyat juga kita tarik ke Gontor, untuk apa ? menguji kesungguhannya terhadap pondok ini bagaimana, karena bukan waktu dan tenaganya saja tetapi wujud kepribadiannya, wujud keberadaanya dalam pondok, itulah pendidikan. Rumah saya disini, Ayah saya disini, dibuat, ditata begitu rupa untuk bisa dilihat, didengar oleh santri, dan dirasakan oleh santri. Gerak kehidupan Kyai supaya diketahui, kyai itu begini dan kyai begitu, dan semuanya itu untuk mendidik, maka didalam pondok modern Gontor tidak boleh setengah – setengah dan tidak boleh tanggung – tanggung.
Maka  hasil itu seluruhnya hari ini.  5 jam anak – anak berdiri dari setengah tujuh, setengah delapan, setengah sembilan sampai setengah dua belas, lima jam acara kita diadakan sedemikian rupa, tidak ada yang sakit, Dram bandnya al hamdulillah bagus, semuanya pada tempatnya. Al hamdulilah, semuanya datang ditempat dengan selamat, bahkan turun hujan pun tidak menjadi masalah. Kita bukan kehujanan tetapi hujan – hujan, beda antara kehujanan dan hujan-hujan. Kalau kehujanan berarti tidak disengaja, bisa-bisa masuk angin,  tetapi kalau hujan – hujan kita sengaja dengan kesiapan mental sedemikan rupa.
Maka hari ini Al hamdulillah kita kenalkan pondok kita ini dengan Khutbatul Arsy dan Apel tahunan yang dihadiri oleh keluarga pondok saja. Pekan perkenalan tidak kita kenalkan kepada orang luar, itu nanti ada acara  sendiri. Mengundang orang luar dalam acara Khutbatul Arsy itu “ GOBLOK, SALAH”. Kalau kamu nanti menjadi kyai Khutbatul Arsy ngundang tamu dari luar, ngundang bupati, presiden, SALAH. Pondok ini  dikenalkankan kepada keluarga kita sendiri, itu saja  dengan segala rekayasa dan kesulitan, orang luar datang hanya menjadi Inspektur upacara, yang begini ini  tidak benar. Mereka tidak mengenal pondok kita ini maka tidak kita undang.
Kita melaksanakan apel tahunan ini dengan penuh kesungguhan, karena itu anak-anak kecil pun kita larang untuk duduk di depan. Kita membuat keseriusan, maka tadi malam anak – anak harus tidur jam 09.00  biar segar badannya, karena pentingnya acara hari ini. Dan  untuk nanti malam supaya segar badannya, maka nanti siang diadakan tidur wajib, tidak ada kegiatan, tidak ada pertemuan-pertemuan, panggilan-panggilan, mashlahat Pondok lebih penting.
          
Al-hamdulillah penampilan anak-anak hari ini dalam apel tahunan luar biasa, dengan penuh semangat dan kesungguhan. Ini menunjukkan bahwa mentalitas anak-anak Gontor tangguh.Dalam lomba Dramb band yang diadakan di Jogjakarta, Pondok Darun Najah menggebu – gebu untuk menang, mereka menghabiskan dana yang sangat besar, menyewa pelatih khusus, kendaraan khusus yang istimewa, tetati tetap kalah oleh Gontor, ini karena anak-anak kita mempunyai mental yang kuat.
Segala kegiatan di Gontor adalah pendidikan, hingga kadang-kadang terjadi gesekan – gesekan antar santri karena padatnya kegiatan, semua itu mengandung nilai-nilai pendidikan. Gesekan-gesekan itu akan semakin mengasah mental santri, memacu untuk berkompetisi dengan baik sehingga menumbuhkan kreatifitas berfikir dan berbuat.
Kita semakin mantab dengan keberhasilan sistim pendidikan yang sudah kita terapkan. Selama 76 tahun Gontor tidak diakui, tetapi al-hamdulillah sekarang ini pendidikan Gontor sudah diterima, diadopsi dan diterapkan di berbagai lembaga pendidikan dan Pesantren. Al hamdulillah banyak anak-anak Gontor yang belajar diluar negri : Madinah, Mesir, Pakistan dll. Sehingga DEPDIKNAS mengakui dan menyamakan ijazah Gontor dengan SMUN, demikian pula departemen agama yang mengakui dan menyamakan ijazah Gontor dengan MAN.
Berkat pendidikan mentabilitas yang tinggi di Gontor ini maka mental para santri  menjadi tangguh. Di Gontor tidak peduli anak jendral, Bupati, Gubernur, mereka harus mencuci sendiri “ NO TIME FOR ECEK – ECEk”, tidak ada yang dimanjakan mereka antri makan, lauk enak, tidak enak, tetap tidak ada yang dibedakan. Karena di Gontor ini kita tanamkan untuk berani hidup tak takut  mati, takut mati  jangan hidup, takut hidup mati saja. Di Gontor ini Jiwa Feodalisme kita hancurkan : minta dilayani, minta diistimewakan, minta dihormati, semua itu tidak mendapat tempat  di Gontor.
Pekan Perkenalan ini kita adakan, meskipun sebenarnya untuk mengenal pondok ini tidak cukup satu minggu, karena yang diperkenalkan seluruh aspek yang ada di pondok ini, setahun, sepuluh tahun pun tidak cukup untuk mengenlakan pondok ini, dua puluh tahun tidak cukup, karena pondok ini terus berkembang, karena itu kita harus mengikuti dan memahami Gontor dengan mata hati, mata perasaan, bukan mata fikiran dan logika saja.
Kalau seorang santri ingin belajar kepada seorang kyai, maka unsur kepercayaan santri kepada kyai sangat penting. Dalam cerita ada seorang santri yang ingin belajar dari seorang kyai, dia diterima sebagai santri, tetapi sampai berbulan – bulan santri tersebut hanya diberi banyak pekerjaan, satu bulan pertama ia hanya disuruh menngisi bak mandi,  berikutnya dia disuruh menebang dan membersihkan delapan rumpun bambu, bahkan ia juga harus membersihkan WC. Tetapi santri tersebut tetap bertekat melaksanakan tugas dan amanah dari kyainya. Semua itu untuk menguji kesungguhan dan kepercayaan santri kepada kiyainya, baru setelah itu pada suatu hari diajarkan kepadanya ilmu dan dido’akan oleh kyai sehingga akhirnya ia menjadi seorang kyai besar. Dia adalah kyai Kholil Bangkalan Madura. Ini menunjukkan betapa perlunya kepercayaan santri kepada kyainya. Maka apabila tidak ada kepercayaan seorang santri kepada kyainya maka ilmu apa pun tidak akan masuk, kyai pun apabila tidak percaya kepada santrinya maka apa yang diajarkan juga tidak akan masuk, karena itu diperlukan suatu kepercayaan dan hubungan bathin antara santri dan kiyainya, walaupun terkadang santri tidak bisa menyerap semua ajaran yang disampaikan kiainya, tapi karena adanya sentuhan keikhlasan, setruman dan kasih sayang, insya Allah ilmu akn bisa diterima oleh santri, karena itu seorang guru mengajar tidak hanya dengan otak, tapi juga  dengan mata hatinya, mata keikhlasan dan  mata Iman.

Dalam apel tahunan tadi para asatidz, kelas enam dan  mahasiswa ikut baris. Khutbatul Arsy tidak hanya untuk kelas enam kebawah tapi untuk semua santri, semua guru, mahasiswa, dan untuk seluruhnya, karena Al fatihah yang kita baca dari kecil sampai sekarang sama saja,  tetapi pemahaman akan kandungana maknanya berbeda, semakin luas dan semakin dalam. Khutbatul Arsy yang dulu dan yang sekarang sama, tetapi ma’nanya lain. Maka jangan diremehkan Khutbatul Arsy ini, mungkin kata- kata yang saya ungkapkan sama tapi maknanya lain. Banyak hal  yang tidak bisa saya ungkapkan dengan kata – kata, tapi saya uangkapkan dengan perasaan. Kita terapkan dengan perilku dan kita ungkapkan dengan macam – macam hal, untuk itu kita wajib mengikuti khutbatul Arsy ini dengan penuh kesungguhan.              

0 komentar:

Posting Komentar

Kontributor

Diberdayakan oleh Blogger.