Sabtu, 02 November 2013

Masjid Sebagai Pusat Tempat Tumbuhnya Kebudayaan

Masjid sebagai pusat tempat tumbuhnya kebudayaan di samping dia sebagai pusat-pusat masyarakat islam tempat mengokohkan hubungannya kepada Allah SWT. Di masjid itu mereka berkumpul tiap hari, terutama sekali seminggu tiap jum’at untuk mendengarkan khutbah imam. Pertemuan –pertemuan para jama’ah di bawah pimpinan Imam  yang rawatib  sebelum sembahyang dan sesudah sembahyang sangatlah penting artinya untuk membuat tujuan hidup dan rasa kekeluargaan para jama’ah sehingga jadi berurat dan berakar. 

Di sana timbul berbagai inspirasi buat kemajuan hidup bermasyarakat, sejak dari berkeluarga, sampai pada berkorong, berkampung, berkota, bernegeri dan bernegara. Apabila fungsi masjid dipelihara secara baik-baik, hiduplah masyarakat Islam, sesuai ibadatnya dan mu’a,alatnya. Tetapi bila masjid itu tidak berfungsi lagi, masyarakat Islam akan mundur dan hilang nyalinya. Sebab di antara ibadat mu’amalat telah putus. Dengan adanya selogan yang disampaikan oleh pemerintah pusat " Kembali ka Nagari dan kembali ka surau " dan juga " Magrib Magaji " para pemerintah baik di kota maupun di desa sedang gencar-gencarnya untuk mengalakkan magrib magaji dan berusaha untuk menghidupkan kembali surau dan masjid – masjid. Di karenakan telah hilangnya semangat para generasi muda untuk melaksanakan ibadah dan semakin merosotnya para akhlaq generasi muda di sebabkan semakin berkembangnya dunia teknologi inforfmasi yang sering dikenal dengan dunia internet. Mereka lebih suka untuk menghabiskan waktu di dalam warung internet ketimbang melaksanakan ibadah dan amenghidupkan masjid.
Sebab itu kalau hendak memperbaiki masyarakat muslim, perbaikilah kembali masjidnya, sebab dari masjid bisa timbul Roh Yang Hidup. Prof. Dr. Hamka dalm sambutan pada cetakan ke III Masjid pusat peribadatan dan kebudayaan.
Karena masjid adalah Baitullah ( rumah Allah ), maka orang yang memasukinya disunatkan mengerjakan sholat Tahyatul Masjid ( menghormati Masjid ) dua rakaat. Nabi SAW bersabda:" jika salah seseorang dari kamu memasuki masjid jangan dulu duduk sebelum mengerjakan shalat dua rakaat" HR. Abu Daud
Kata Masjid ( bentuk mufrat atau tunggal) dan masajid ( bentuk jamak) banyak terdapat di dalam al-Qur'an, antara lain dalam ayat-ayat berikut :
يَا بَنِي آدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ ‌[٧-٣١]
" hai anak Adam, pakailah pakaian mu yang indah disetiap memasuki masjid" QS.Al-A’raf 31
وَمَنْ أَظْلَمُ مِمَّن مَّنَعَ مَسَاجِدَ اللَّهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَىٰ فِي خَرَابِهَا أُولٰئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَن يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ ‌[٢-١١٤
"dan siapakah yang lebih aniaya dari pada orang-orang yang menghalangi – halangi menyebut nama Allah di dalam masjid-masjidNya dan berusaha untuk merobohkannya?..." QS.2.114.
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّهَ فَعَسَىٰ أُولٰئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ ‌[٩-١٨]
" Hanyalah yang memakmurkan Masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah…."QS.9-18
وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلَا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا ‌[٧٢-١٨]
" Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya disamping (menyembah ) Allah" QS.72.18
Sejarah perkembangan bangunan masjid erat kaitannya dengan perluasan wilayah Islam keberbagai negeri, bila umat Islam menetap disuatu daerah baru, maka salah satu sarana untuk kepentingan umum yang mereka buat adalah masjid.
Masjid merupakan salah satu karya budaya umat Islam dibidang teknologi kontruksi yang telah dirintis sejak masa permulaannya dan menjadi ciri khas dari suatu negeri atau kota Islam. Masjid juga merupakan salah sau corak dan perwujudan perkembangan kesenian Islam dan  dipandang sebagai salah satu kebudayaan Islam terpenting. Perwujudan bangunan masjid masjid juga merupakan lambang dan cermin kecintaan umat Islam kepada Tuhannya dan menjadi bukti tingkat perkembangan kebudayaan Islam.
Bangunan- bangunan masjid yang menakjubkan keindahan di bumi Spanyol, India, suriah, Cairo, Bagdad, dan sejumblah tempat di Afrika menjadi bukti peninggalan monumental umat Islam yang pernah mengalami kejayaan dibidang teknologi kontruksi, seni, dan ekonomi.
Keindahan seni bangunan (arsitektur) yang tampak dalam banyak masjid diberbagai belahan dunia tidak terwujud begitu saja, tetapi melalui proses perkembangan tahap demi tahap. Mulai dari bentuk bangunannya yang sederhana, sampai pada bentuk yang dapat dikatakan sempurna yang dilakukan oleh generasi demi generasi. Hal ini berkait dengan proses perkenalan Islam dan penganutnya dengan seni bangunan bangsa-bangsa lain. Seni bangunan masjid tidak bisa lepas dari pengaruh seni bangunan Arab, Persia, Bizantium, india, Mesir, Gothik, dan sebagainya. Jenis-jenis bangunan ini diberi corak Islam, sehingga pada bangunan masjid di berbagai negeri tercipta corak baru, seperti gaya Syro- Egypto ( Suriah- Mesir), gaya Hispano-Moresque ( spanyol- Mor), gaya Persia, gaya Ottoman, gaya India, dan gaya Arab.
Perkembangan bentuk-bentuk dan corak seni bangunan masjid dapat dibagi dalam tiga periode besar.
1.      Periode permulaan, terdiri dari zaman Rasulullah SAW, al-Khulafa ar-Rasydin ( empat kalifah Besar), Dinasti Umayyah, dan Dinasti Abbasiyah.
2.      Periode Pertengahan, terdiri dari masa Fatimiyah , Bani saljuk, Mongol Persia, Mamluk, dan Moor.
3.      Periode Modern, terdiri dari masa Safawi di Persia, Mogul India, dan  Ottoman Turki.
Karena itu, bentuk, wujud, dan corak seni bangunan masjid sejak zaman para Khalifah sampai dewasa ini, berbeda antara satu sama lain. Namun, semua di dasari atas jiwa tauhid, cerminan mahabbah (perasaan kasih sayang) kepada Allah SWT. Persamaan lain terletak pada komponen – komponen terpenting, seperti terdapat pada masjid Nabawi yang diletakkan oleh Nabi SAW, yaitu:
  1. Lapangan luas terbuka yang disebut sahan.
  2. Sebagian dari sahan itu diperuntukkan sebagai tempat sholat yang disebut Musalla atau al-Haram;
  3. Kiblat, petunjuk arah sholat
  4. Mihrab, tempat Imam dalam memimpin sholat berjam'ah
  5. Mimbar, tempat khatib menyampaikan khotbah yang terletak disebelah kanan mihrab.
Unsur - unsur yang diletakkan oleh Nabi SAW ini merupakan unsur - unsur penting yang harus dimiliki oleh masjid. Karena itu, Masjid Nabi SAW itu menjadi cikal bakal masjid – masjid diseluruh Dunia. Bentuk bangunan Masjid ada tiga macam. :

  1. Berbentuk terbuka, yang merupakan bentuk awal, terdiri dari suatu lapangan empat persegi panjang yang tertutup hanya pada bagian mihrab dan sisinya. Misalnya, masjid Madinah, Masjidilharam, masjid – masjid disekitar Laut Tengah, masjid jami' Damaskus, Masjid Jami' Qairawan ( sebelum ada pengaruh dari luar), Masjid Samarra yang dibangun Dinasti Abbasiyah, Masjid al-Hakim di Mesir yang dibangun oleh Dinasti fatimiyah, dan Masjid Cordoba di Spanyol yang dibangun oleh Dinasti Umayyah.
  2. Bentuk beratap datar, yakni suatu bangunan inti dengan lapangan terbuka dari sebuah bangunan tanpa dinding dengan atap datar dan pada dua sisinya atau ditengah dibuat kubah, seperti yang terdapat pada bangunan Masjid Jami' Isfahan yang dibangun oleh Bani saljuk pada awal abad ke11.
  3. Bentuk beratap kubah, yaitu suatu bangunan yang pada bagian ruangan salat tertutup oleh sebuah kubah besar atau beberapa buah kubah . Misalnya, Masjid Thalkhatan Baba dekat Merv ( kota tua di Asia tengah, sekarang terletak di Republik Tukmenistan, merupakan pusat pengajaran Islam pada masa pemerintahan Bani Saljuk) yang dibangun pada pada akhir abad ke11 dan Masjid Aladin  Kaaykabad di Nedge yang dibangun oleh bani saljuk pada tahun 1223.

0 komentar:

Posting Komentar

Kontributor

Diberdayakan oleh Blogger.