Rabu, 20 November 2013

KULIAH UMUM BABAK KETIGA 2004

TENTANG KEPONDOKMODERNAN

Di Pondok Modern Darussalam Gontor Ponorogo
Selasa, 21 Desember 2004 M
Oleh KH. Hasan Abdullah Sahal


            Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Sejarah Pondok Pesantren, tidak lepas dari sejarah dunia. Pondok Pesantren itu tidak ada kecuali di Indonesia. Zaman nabi Adam tidak ada, nabi Nuh, Idris, Hud, Ibrohim tidak ada dan juga pada zaman nabi Muhammad SAW tidak ada. Adanya hanya di Indonesia. Karena itu kami selalu mengingatkan tentang fungsi Pondok Pesantren sebagai benteng, benteng dari penjajah dan penjajahan. Kamu yang sudah belajar dan membaca sejarah umum, sejarah dunia, sejarah Islam kemudian sejarah khilafah Islamiyah sampai runtuhnya khilafah Islamiyah oleh Mustofa Kamal Pasa dengan ributnya Timur Tengah antara Raja Sa’ud dan Syarif Husain. Lantas berdirinya Pondok Modern yang dibuat sedemikian rupa. Kalau fungsi Pondok Pesantren sekedar seperti yang sudah ada pada umumnya mendingan tidak usah mendirikan Pondok. Jadi waktu 1925 setahun menjelang tahun 1926, pesantren yang ada di Indonesia, pesantren salaf atau pesantren tradisional atau pesantren model lama, temboknya  masih sulit ditembus oleh kemajuan dan kemodernan.

Ada di depan kita ”Be your best ” jadi Trimurti pendiri pondok ini berpikir, dulu kalau hanya membuat Pondok seperti itu saja, mendingan tidak usah. Karena hanya mau menambah jatah beras, hanya menambah penduduk, hanya menambah kemunduran, kemandekan, berdirilah Pondok Modern. Nama Modern itu pemberian orang luar, bukan kita. Ketika mendirikan pesantren kita tidak mengatakan ” Ini lho kita mau mendirikan Pondok Modern”, tidak. Pondok ini didirikan terus berjalan dulu, setelah melihat pondok ini orang-orang itu memberi nama modern. Ketika berdiri belum diproklamirkan sebagai Pondok modern, tapi orang-orang sudah bilang itu modern. Kalau nggak salah itu yang bilang orang Belanda ”That is Modern” artinya Itu modern, akhirnya Pondok ini disebut Pondok Modern. Nama pertamanya adalah Darussalam, disini Pondok Modern sudah lama disebut Pondok Modern Darussalam, maka sekarang ini harus disebut PMDG (Pondok Modern Darussalam Gontor).
Apa penggerak ini semua? Jelas Islam atau Keislaman dulu. Sebab yang mendirikan Pondok Pesantren ini bukanlah Zanding, bukan missioneris tetapi kyai-kyai, ulama’-ulama’ yang tidak mau dijajah oleh Imperalis. Bagaiamana caranya supaya bangsa Indonesia ini tetap melawan Imperalis, bergerak mengadakan perlawanan dengan cara-caranya masing-masing dan semboyan-semboyan yang keras. Mereka menyatakan  kalau orang Imperalis itu najis, yang mengatakan najis bukanlah ulama’ saja tapi Al Qur’an juga. Kita sekarang ini tidak berani mengatakan ”  Innamal musyrikuna najas ”. Itu tidak akan berubah selama-lamanya karena itu adalah Al Qur’an. Jadi dari dulu sampai nanti kiamat musyrik itu selamanya tetap najis. Wa lan tardho ’ankal yahuudu wa lan nashoro khatta tattabi’a  millatahum dst, berarti yahudi dan nasrani tidak akan tardho diatas bumi ini dalam waktu yang akan datang. Jika ada tokoh masyarakat atau pimpinan Indonesia mengatakan ”itu kan Yahudi di Madinah, itu kan Yahudi waktu itu dan sekarang kan yahudi sudah baik, Itu nasroni dulu dan sekarang tidak begitu.” Kita harus tidak percaya dengan perkataan orang-orang tersebut. Ini sudah cap dari Al Qur’an, kalau tidak, berarti Allah bohong kalau nasrani itu tardho di atas bumi ini, Allah bohong kalau musrikin tidak najis sebab ”Innahu Lahafidhun”. Jangankan kata-katanya, Al-Qur’an itu hurufnya saja tidak boleh berubah, terjaga. Kalau berubah sampai akhir kiamat itu berarti Allah bohong. Kalau kamu  ikut-ikutan sok bergaya, sok intelek, sok berlaga ke barat-baratan seakan-akan kamu berharga padahal kamu tidak berharga. Kalau kita tidak bisa menghargai diri kita sendiri jangan harap orang lain mau menghargai diri kita.
Jadi dalam suasana seperti ini kamu dihargai, tapi bukan berarti  kamu menghargai diri kamu supaya dihargai orang lain. Itu namanya riya’. Kita menghargai diri kita supaya kita menjadi orang yang berharga, bagi Allah itu berharga. Kamu disuatu tempat tidak sholat karena teman-teman kamu tidak sholat, dihargai tidak? ( tidak ) Supaya dikatakan bahwa kamu itu baik, toleran ( tidak ). Hukum tetap hukum, kemudian  bagaimana seseorang itu menjalani itu perkara lain, walaupun itu ada pelanggaran tapi hukum tetap hukum. Maka dari itu para ulama’ sangat keras dalam menentang penjajah. Sampai keluar kata-kata ” Man Tasyabbaha bi qoumin fahuwa minhum”. Maka mereka menyatakan memakai celana haram, memakai dasi haram, sekolah memakai bangku haram, bermain sepak bola haram, pokoknya semua yang model-model Belanda haram. Jadi menanamkan anti penjajahan sampai demikian rupa supaya benci dengan penjajah. Bukan kita sentimen kepada orangnya, kita benci kepada penjajah bukan karena orangnya, tapi karena penjajah dan penjajahan itu tidak sesuai dengan peri kemanusiaan dan peri keadilan, tidak sesuai dengan Keislaman (Dhalim). Allah itu mengharamkan dirinya untuk berbuat aniaya ( dhalim ) tidak adil. Inni haramtu dhulma ’ala nafsi. Jadi Allah itu adil terus, wa ja’altuhu muharraman fii ma bainakum, ala fala tadho lamu. Jadi segala bentuk penjajah dan penjajahan harus dilenyapkan.
Berdirinya Pondok Pesantren dilandasi Panca Jiwa. Panca Jiwa kalau diteliti satu persatu adalah jiwa-jiwa yang paling dibenci, disengiti, dilawan oleh Imperialis. Mereka menghendaki bagaimana caranya supaya umat Islam tidak ikhlas, bagaimana caranya umat Islam tidak hidup sederhana, bagaimana umat Islam tidak berdikari, bagaimana umat Islam tidak berukhuwah Islamiyah, bagaimana umat Islam tidak bebas. Memang Pondok Pesantren menjengkelkan para Imperalis. Bagaimana umat Islam tidak ikhlas, dikasih sanjungan sana-sini supaya dia tidak ikhlas, diberi berbagai hiburan yang melalaikan supaya  tidak beribadah kepada Allah, Diberi kemewahan materi supaya tidak sederhana, tidak macam-macam, disuruh bergaya, tidak berdikari, semuanya menggantungkan diri, ini mereka, naudzubillah akan berdiri ma’had-ma’had dhiror, masjidan biroron, untuk memecah belah diantara manusia ( tafriqan bainannas ), nah sekarang ini masjidan ussisa ’ala at-taqwa yang akan diserang mereka, jadi umat Islam disuruh bertawaf ke New York, wukuf di Washinton, mabit di London, dan lempar jumrah di Timur Tengah, umat Islam disuruh wukuf di patung liberty, wukuf di Washinton. Dzikir dan wiridnya di Wasingthon. Mabitnya bukan di Mina tapi di London, setelah pinter kemudian balik ke Timur Tengah kemudian bukannya lempar jumrah tapi mereka untuk melempar bom. Ini saya sampaikan supaya kalian menyampaikan kepada orang tua kalian dan orang-orang disekitar kamu.
Pondok Pesantren itu berdiri yang pertama kali ada kyainya atau santrinya? Kalau yang pertama kali adalah santri dulu, maka dia menganut ajaran demokrasi, yaitu setelah santrinya ada mereka baru memilih kyai. Yang benar adalah Pondok Pesantren itu bermula dari kyainya dulu yang akan mengajar, mendidik masyarakat, ada yang modalnya masjid, dan apa adanya, makannya masak sendiri dan mengaji. Terus kemudian santrinya semakin bertambah banyak dan akhirnya santri-santri tersebut membuat gothaan-gothaan kecil sebagai kamar mereka, atau pondok-pondok kecil serta yang lebih penting dia bisa menuntut ilmu. Itu sejarah permulaannya pesantren, jadi kyai, santri dan baru membuat tempat-tempat untuk belajar/mengaji. Baru diatur sedemikian rupa, maka santri itu ikut kyai. Kyai itu melihat medan apa yang harus dikerjakan? Sedangkan masyarakat ini masih bodoh, wudhupun gak bisa apalagi mandi. Ada aliran dalam ilmu kejawen ada seorang yang tidak mandi kecuali satu tahun sekali, yakni tanggal 1 sorro. Jadi mula-mula ada kyai kemudian datang santri, maka tidak ada kyai yang mengatur Pondok kecuali dia harus mengerti dan menguasai Pondok.
Ada yang usul agar di Gontor itu diajari bahasa daerah, sebab anak-anak Gontor kalau sudah pulang itu bahasa daerahnya rusak, anak Jogja, Solo kalau pulang logatnya sudah berubah menjadi logat ke Ponorogoan. Padahal dibandingkan dengan kota Surabaya, Malang bahasa Ponorogo masih lumayan, tapi kalau sudah ke Solo bahasa Ponorogo dianggap kasar? Di Gontor tidak ada pelajaran bahasa daerah, walaupun kamu setuju tapi kita tidak setuju. Sejelek-jelek kamu, sejelek-jelek saya, segoblok-goblok saya dalam bahasa arab dan inggris Insya Allah masih bisa diterima di dunia ini. Kalau kita belajar bahasa daerah di Pondok ini berarti kita mundur 50 tahun, maka ini bukan progesif tapi malah regresif. Saya menerangkan ini ke antum semua agar kita sadar betul, bahwasannya kita sekarang ini berjuang. Antum disini sudah diserahkan oleh orang tua antum kepada kami, dengan motivasi bermacam-macam, ada yang penting disini adalah bahasa arabnya, ada yang penting adalah organisasinya, ada juga yang penting adalah tempatnya jauh dari minuman terlarang dll. Tapi supaya kalian tahu bahwasannya kalian itu adalah pejuang-pejuang. Jadi kamu adalah peluru-peluru yang dikirim oleh bapak kamu untuk menjadi bibit, benih perjuangan dan akan menjadi bom syahid, spiritual. Hatinya, imannya, mulutnya, tindakannya meledak-meledak kalau ada kedholiman.
Ini tidak tahu kenapa akhir-akhir ini apalagi dengan fenomena dunia yang ada di depan kita, dunia Internasional semakin kritis terhadap polah tingkah Imperalis. Untung disini ada duabelas ribu santri dan santriwati untuk menghadang Imperalis. Supaya kita tidak menjadi seperti orang-orang indian dan aborigin yang dimusnahkan oleh para imperialis. Amerika itu adalah orang-orang buangan, orang-orang pelarian dari Eropa, Afrika, Rusia, Asia, Timur Tengah sebelumnya disana hanya ada negro dan India, kemudian diadakan pembantaian, pemusnahan habis-habisan. Karena mereka berasal dari bermacam-macam bangsa, macam-macam benua maka diadakan yang namanya demokrasi dan hak asasi, mau berbuat maksiat silahkan, asal jangan sampai mengganggu orang lain, demikian juga beramalah sholeh silahkan, tapi jangan ada pemaksaan, semuanya dibawah hukum. Akhirnya mereka bersatu mengusir negro dan Indian sama dengan yang terjadi di Australia. Seperti itu pula yang ingin mereka paksakan kepada kita, padahal kita sudah punya syariah, jalan hidup, keimanan. Maka panca jiwa harus ditanamkan dalam diri kita, kalau bisa orang tua kalian juga.
Syarat-syarat memondokkan anak :
1.      Tega
2.      Ikhlas
3.      Tawakal
4.      Percaya

Dulu orang tua santri menyerahkan anaknya ke Pondok disertai dengan kain kafan, artinya saya serahkan sampai titik penghabisan, terserah pak kyai. Dulu santri tidur diatas bantal yang dibuat dari kayu kelapa, biar tidak bisa tidur nyenyak dan supaya dia tahajudnya panjang, tirakatnya banyak, mengajinya juga banyak serta tidurnya sedikit. Di pondok ini semuanya boleh kecuali yang dilarang sesuai dengan aturan ( bukan semuanya dilarang kecuali yang dibolehkan ). Sekarang tinggal kamu memilih, khutbatul ’arsy ini dengan keadaan yang ada kamu tetap disini atau pulang? Kamu sudah melihat disini ada kepramukaan, musik, olah raga, bahasa dengan disiplinnya dsb. Supaya kamu semua ini di Pondok ini, orang tua kamu telah percaya penuh kepada Pondok. Very Good Very Fine, Tidak mau ikut cari yang lain.
Di Pondok ini kita disuruh melakukan pekerjaan siang di siang hari dan pekerjaan malam di malam hari, seperti kamu belajar jam satu, dua sampai jam lima, enam pagi. Kehidupan di Pondok ini sudah diatur sebagaimana mestinya. Ini merupakan pendidikan isti’malul wakti, yaitu kegiatan untuk mengisi waktu jangan sampai waktu 24 jam di Pondok ini ada yang kosong. Pondok ini tidak ada main catur, meskipun merupakan olah raga internasional, itu adalah olah raganya orang-orang yang tidak punya pekerjaan, orang yang tidak punya unggulan dalam dirinya, tidak mempunyai prestasi yang diunggulkan, tidak mempunyai andalan dalam dirinya. Jadi di Pondok ini tidak boleh ada main catur, karambol ,main kartu, dam-daman. Ini semua adalah caranya menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya, dan kamu akan merasakan pergantian waktu yang sangat cepatnya. Karena di Pondok ini setiap waktu ada kegiatan, dan kegiatan itu termasuk adalah cara kita untuk mengisi waktu. Kata orang Arab “ Pergunakanlah waktu dengan baik kalau tidak akan ditempati oleh sesuatu yang tidak baik ”. Isilah waktumu dengan perbuatan yang baik atau bermanfaat sebab kalau tidak akan dipakai untuk amal yang tidak baik.
Bapak-bapak guru ini tidak mendapat santunan dari organisasi, Pondok ini tidak mengarahkan anaknya untuk belajar politik tapi tahu-tahu menjadi politikus, mereka berjalan sendiri-sendiri. Yang ada di Muhammadiyah kita bantu dari belakang dan yang di NU kita kawal terus, tapi kalau kamu sudah pulang nanti tidak ada pemaksaan untuk masuk suatu partai atau organisasi tertentu. Seperti juga acara khutbatul arsy ini, kalau diluar bisa menghabiskan sampai 1 miliar tapi di Pondok ini tidak sampai 100 juta.
Kamu mungkin melihat, Pondok ini katanya maju, tinggi, bagus, besar. Berarti nanti kalau saya ke Gontor pasti jadi orang hebat, percaya atau tidak? Ini tidak boleh percaya, jangan terlalu percaya karena kami ini bukan dukun, bukan tukang sihir tapi harus pakai usaha. Jangan terlalu mudah percaya dan jangan mendua. Pikirannya, badannya harus di dalam jangan sampai badannya di dalam pikirannya diluar, itu nanti disini susah diatur. Kemudian jangan goncang pikirannya. Santri tidak boleh naik motor dan tidak boleh mempunyai handphone karena kita anggap masih belum sederhana.
Disiplin, saya tidak setuju kalau orang lahir di dunia ini bebas. Manusia lahir di dunia ini tidak dalam keadaan bebas, manusia lahir ke dunia dalam keadaan terikat. ”Wa ma kholaktul jinna wal insa illa liya’budun.”. berarti sudah terikat oleh fithroh dengan perjanjian-perjanjian. Karena hidup harus liya’budun, untuk liya’budun harus ada disiplin. Orang tidak akan bisa kalau tidak punya disiplin. Di pondok banyak aturan-aturan dan disiplin yang mengikat kita sampai di tengah hutanpun kita masih terkena disiplin. Kita di Pondok harus menjaga kebersihan, keamanan, ketertiban, ini semua namanya disiplin. Manusia tidak akan bisa terlepas dari disiplin, tidak akan bebas. ”Khurriyatul mar’i mahdudatun bi khurriyatighoirihi .” kebebasan itu tidak ada dan tidak akan pernah ada. Hak asasi manusia menurut Islam adalah fithroh, bukan sebebas-bebasnya. Kita di Pondok mempunyai yang namanya dhoruriyatul khomsah :
1.      khifdhu din
2.      khifdhu nafs
3.      khifdhu ’aqal
4.      khofdhu ardh/ nasb
5.      khifdu mal
Inilah yang sekarang membuat jengkelnya orang Amerika atau non Muslim. Inilah syariat. Jadi kita dilarang untuk menjaga agama, diri/nyawa, akal, keluarga, mal/harta. Sekarang ini kalau orang ingin menjadi yang terbaik harus melanggar syari’ah. Sekarang kembali kepada kita, kemauan kita, kalau tidak, tidak akan jalan persis yang kami sampaikan tadi. Kami ini bukan apa-apa kecuali dengan kerja sama-sama. Saya ingatkan dari kata-kata Abu Bakar As-Shidiq, dia ini kadang-kadang dipuji dan dibenci oleh orang. waktu dia dipuji dia berkata ” Allahumma ya Robbi ana a’lamu binafsi i minhum, wa anta a’lamu binafsi minni.” Ya Allah apa yang dipujikan kepada saya, sebetulnya saya lebih tahu dari pada mereka, maka janganlah Engkau cela saya ya Allah, sejelek ini kok dipuji orang dan Engkau lebih tahu diri saya dan kekurangan saya, maka ampunilah saya. Jadi kalau kamu dipuji orang maka katakanlah Ya Allah sebetulnya saya banyak aibnya, Engkau lebih tahu diri saya dari pada mereka, maka ampunilah. Maka kamu jangan takabbur dengan apa yang kamu capai, prestasi kamu. Kita ini belum apa-apa, Pondok ini belum apa-apa.

Wassalamu’alaikum wr. Wb.

   


0 komentar:

Posting Komentar

Kontributor

Diberdayakan oleh Blogger.