TENTANG KEPONDOKMODERNAN
Di Pondok Modern Darussalam
Gontor
Ponorogo
Senin, 20 Desember 2004 M
Oleh KH. Abdullah Sukri Zarkasyi
MA
Bismilahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar wa lillahilhamd.
Kelas lima, Allahu akbar, mahasiswa, Allahu akbar, semangat bukan main.
Kelas enam, kelas satu, kelas empat, Gontor II, luar biasa. Mengukur sebuah
kekuatan, merangkum sebuah kekuatan, menciptakan sebuah kekuatan, menggambarkan
sebuah kekuatan, itulah Khutbatul – ’Arsy. Memperkenalkan seluruh apa yang
ada di pondok kita ini, tentang bagaimana kita melaksanakan, bagaimana kita
mengelola pondok ini secara keseluruhan insya Allah nanti akan kami terangkan.
Siang ini tidak akan kami terangkan panjang lebar, nanti malam akan kita
terangkan panjang lebar, dengan memanfaatkan LCD/proyektor, diluar ada satu, di
Timur ada satu, di Barat ada satu, dan di belakang ada satu. Kita mempunyai
empat LCD/proyektor yang siap dipakai, tekhnologi modern yang canggih.
Maka anak-anakku sekalian, Pondok kita sedemikian
rupa bisa mendidik kamu, dalam jangka waktu empat jam berdiri terus tanpa
henti. Dari setengah tujuh, setengah delapan, setengah sembilan, setengah
sepuluh, setengah sebelas. Empat jam berdiri terus, tidak mungkin kuat
melaksanakannya tanpa idealisme, tanpa disiplin yang tinggi, tanpa kesadaran,
tidak mungkin semua itu terjadi. Tapi di pondok kita wujud kalian hanya seperti
begini, wujud anak-anak kelas enam, seperti mahasiswa, seperti guru-guru,
seperti itu, tapi dengan militansi yang tinggi, dengan kebersamaan, dengan
kesungguhan, Allah menolong kita, kita diberi kekuatan, dan kita diberi
kesehatan. Anak shigor seperti itu empat jam kuat berdiri, bisa jadi anak kelas
enam malah tidak kuat. Apalagi shigor Gontor dua, masih kecil-kecil, itu
mungkin umurnya baru sembilan tahun. Berbaris dengan tegarnya senyam senyum
lagi. Berbaris dengan penuh keseriusan, bukan
main, saya takut jangan-jangan karena terlalu serius nanti ada yanhg jatuh
tidak kuat. Tapi alhamdulillah dari seluruh barisan tampak jelas kalau semuanya dipersiapkan dengan baik,
meskipun ada yang salah juga, tidak apa-apa. Dan yang salah segera menyadari,
kaki saya tidak sama berarti saya salah. Tahu kesalahannya itu. Tetapi ada juga
yang bagus, kopiahnya seragam, pake sarung tangan, mengucur keringatnya. Memang
luar biasa. Maka anak-anakku sekalian inilah salah satu ukuran untuk
santri-santri Gontor, seluruh guru Gontor. Merupakan suatu langkah yang baik.
Jadi suatu langkah yang baik merupakan separuh pekerjaan. Langkah awal yang
baik sama dengan separuh perjalanan. Maka bagaimana kita memperbaiki langkah
awal kita yang terbaik ini dengan semaksimal mungkin, dengan niat yang ikhlas,
seprima mungkin ikhlas kita. Masya Allah luar biasa anak-anakku sekalian,
jumlah santri kita saat ini dua belas ribu delapan ratus dua puluh satu. Saya
ulangi, dua belas ribu delapan ratus dua puluh satu. Semuanya harus tahu jumlah
kita keseluruhan, dan kita harus ikut menganalisa karena pondok ini pondok
kita, bukan pondok punya kamu, bukan pondok punyaku, bukan pondok keluarga.
Bahkan maslahatul ma’had fauqo kulli masolih. Dari sinilah maka
anak-anakku sekalian, dua belas ribu delapan ratus dua puluh satu, luar biasa
laki-laki perempuan. Disini, kita sekarang ini kurang lebih berjumlah empat
ribu sembilan ratus empat puluh enam, kemudian Gontor dua enam ratus enam puluh
sembilan, Ma’rifat seribu seratus tujuh puluh lima, Gontor putri satu dua ribu
delapan ratus sebelas. Putri dua empat ratus delapan puluh dua, kemudian putri
tiga seribu sembilan puluh delapan, luar biasa mencapai seribu. Putri empat Lamomea
sembilan puluh empat orang. Kemudian Darul-Muttaqin Banyuwangi empat ratus
empat puluh, Darul Qiyam Magelang enam ratus empat puluh tiga, Gontor tujuh
Riyadhatul Mujahidin tiga ratus empat belas, mahasiswa ISID Siman tiga ratus
tujuh puluh, PLMPM empat puluh dua, ditambah lagi dua pondok sudah diresmikan
oleh badan wakaf. Satu, pondok yang di Lampung Utara yaitu di way Jepara, dan
yang satu lagi di Kalianda, Insya Allah bulan Juni kita adakan pembukaan pondok
pesantren yang ke dua belas di Lampung Utara. Dan akan kita namakan Gontor IV,
Gontor Putri itu bukan Gontor IV, tetapi itu Gontor Putri. Yang penting harus
ada Gontornya, kalau tidak ada Gontornya laa yazuuj. Nama Gontor itu sudah merupakan
trade mark, karena apa? yang penting Gontor itu mainnya. Wujud kamu kelas enam
seperti begini, coba lihat tamat kelas enam gegerkan Lampung, gegerkan Aceh.
Wujud kita, saya, Pak Hasan, Pak Badri dan beberapa dosen-dosen ini, wujud saya
ini apa? saya ini hanya sekedar S2 Tarikh wal Hadoroh qismu lughoh al’arabiyah.
Pak Dihyatun Doktor lughoh al’arabiyah, Pak Hidayatullah Doktor lughoh
al’arabiyah, hanya seperti begitu, tetapi yang terpenting bukan kedoktorannya, tetapi
memainkannya sebagai doktor, sebagai pimpinan pondok, sebagai pengurus OPPM,
sebagai pengurus rayon, memainkan peran dan fungsi ini. Ini yang lebih penting
daripada tittel.
Alhamdulillah Gontor sekarang dahsyat luar biasa, jumlah
santri dua belas ribu delapan ratus dua puluh satu, dengan jumlah Gontor hampir
dua belas Gontor. Disamping itu seratus enam puluh tiga pondok pesantren alumni
tersebar di seluruh Indonesia, dengan jumlah cabang IKPM seluruh Indonesia dan
luar negri sebanyak delapan puluh enam. Delapan puluh enam cabang dalam dan
luar negri, luar biasa. Dan jumlah alumni yang sekian, tak terhitung lagi.
Bahkan ketua MPR RI anak Gontor, sampai wakil ketua DPR RI juga santri Gontor Zainal Ma’arif, dan sekian puluh lagi
anggota DPR alhamdulillah, bahkan dahsyat lagi Pak Hasyim Muzadi jadi ketua
PBNU dari Gontor, itu khirij sewindu, shigor artinya. Bapak Nurholis Madjid, Bapak
Din Syansuddin, Pak Hasyim Muzadi juga shigor, dulu masih dibawah saya itu,
masih kecil-kecil. Dan sekarang ketua PBNU, dan kita dukung, kita bantu dan
alhamdulillah menang telak lagi. Dari sinilah maka pendidikan di Gontor sangat
tertib sekali, ketertiban, kesungguhan, kebersamaan di Gontor yang sedemikian
rupa luar biasa. Menciptakan manusia-manusia berkaliber ketua MPR, ketua DPR,
dan ketua lain sebagainya, luar biasa. Sentuhan-sentuhan maknawi, religi, dan
sentuhan-sentuhan lainya, melalui penugasan-penugasan, sampai menciptakan
seratus enam puluh tiga pondok alumni seluruh Indonesia, juga menciptakan
unit-unit usaha.
Kita ini bermula dari kongres umat Islam di
Surabaya, karena HOS. Cokroaminoto dan KH Mas Mansur pergi ke Mekkah menghadiri
muktamar ’Alamul Islami di Mekkah. Sepulang dari sana timbul semangat baru yang
diumumkan di Surabaya, dan pada waktu itu Pak Sahal datang ke Surabaya. Sepulang
dari Surabaya beberapa tokoh-tokoh ulama mendirikan NU, KH. Ahmad Sahal bersama
adik-adiknya mendirikan Gontor ini tahun 1926. Kenapa memilih pondok
pesantren, karena pondok pesantren mempunyai jiwa dan filsafat hidup. Dimana
jiwanya itu keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah dan
kebebasan. Dari sini kita jabarkan menjadi bermacam-macam lembaga, seperti
ISID, pengasuhan santri, KMI, yayasan, IKPM. Terus kita genjot sedemikian rupa
dengan bekerja, bukan berdasarkan konsep saja, tetapi terus kita bekerja dengan
segala kesungguhan dan inovasi. Lahirlah bermacam-macam lagi PLMPM. Ada inovasi lagi Gontor II, Gontor III, Gontor
Putri, Gontor V, Gontor VI, Gontor VII, seribu Gontor di Indonesia. Allahu
Akbar.
Maka anak-anakku sekalian, dengan cara seperti ini
kita tahu, ini tadi kita mengeluarkan seluruh kekuatan dan kekayaan Gontor. Ternyata
di Gontor, di pondok kita ini ada mobil yang jumlahnya lima puluh tiga, luar
biasa. Maka kredibilitas yang tinggi ini menimbulkan suatu
barakah, al-barkatu ma’al harakah. Maka dari sinilah anak-anakku
sekalian sistim pendidikan kita ini benar dan baik, memang perlu kita perbaiki
bermacan-macam kekurangan. Anak-anak kelas enam kurang semangat, atau para
pengurus rayon masih kurang tahu pekerjaannya, masih ada yang mukul-mukul dan
lain sebagainya. Ini nanti setelah Khutbatul-’Arsy yang masih memukul akan saya
usir. Anak yang sulit diatur skors ! pokoknya anak kelas lima mukul-mukul saya
skors dan kalau perlu diusir saja. Tidak ada pendidikan dengan kekerasan yang
seperti itu.
Alhamdulillah hari ini reognya bagus sekali, belum
pernah seperti begitu reog Ponorogo, bukan karena konsul tapi memang bagus.
Terus kemudian Drum Bandnya luar biasa. Ada hadiah lagu buat saya, buat Pak
Hasan, buat Pak Badri. Ini semuanya berjalan bagus sekali, dari drum bandnya,
benderanya, terus kemudian singa depok, melihat anak-anak yang shigor-shigor
semangat, itu tidak akan pernah lupa. Sampai-sampai kita mencari barisan yang
jelek itu susah sekali, akhirnya yang kurang semangat itu yang jelek, yang
terbaik yang paling bersemangat. Seseorang dalam hidupnya harus mempunyai suatu
prestasi, apapun wujudnya, belajar tidak
bisa, olah raga tidak bisa, hafalan Mahfudzat kurang, bagaimana ini, apa
prestasinya ? harus ada prestasi. Maka saya senang Ponorogo ada prestasi baris
berbaris dan reog, al-hamdulillah.
Kita akan menciptakan seribu Gontor di Indonesia dan
bukan itu saja, kita akan mencoba meningkatkan perguruan tinggi kita. Akan kita
buka fakultas ekonomi, fakults tehnik. Sehingga anak-anak kita kalau mau masuk
ke tehnik harus meningkatkan matematika, kalau nilainya nol bagaimana. Tapi insya
Allah bisa, jika mahu belajar dengan sungguh-sungguh. Alhamdulillah kita akan
mendirikan fakultas ekonomi, dan fakultas tehnik. Karena dengan dua itu maka
perguruan tinggi kita bisa meningkat menjadi Universitas Islam Darussalam. UID,
amin allahumma amin. Mahasiswanya siapa? terserah pokoknya harus rajin,
daripada ke IAIN Ciputat menjadi jaringan Islam liberal, tidak sembahyang.
Daripada begitu lebih baik di Gontor, murah dan terpelihara. Dari sini maka
kita akan menciptakan Perguruan Tinggi Pondok Pesantren, wajib mondok. Maka
akan kita perbaiki dari macam-macam, sarananya, mahasiswanya, dosen-dosennya
pun. Pola kerja dosennya, pola kerja rektornya harus berubah. KMI pun demikian
pula seluruhnya, harus berubah, bukan hanya satu sistim saja, semuanya harus
kita adakan perubahan. Inilah arti sebuah perubahan dan semuanya juga berubah. Ketika
Pondok ini ditinggalkan almarhum Trimurti jumlah santrinya dua ribu dua ratus lima puluh. Sekarang jumlah
santri dua ribu delapan ratus dua puluh satu.
0 komentar:
Posting Komentar