PEKAN PEERKENALAN DI PONDOK MODERN GONTOR
Oleh
: KH. Drs IMAM BADRI
Sungguh banyak sekali yang harus kita syukuri termasuk
kelancaran jalannya Khutbatul Arsy. Tahun ajaran ISID kita awali pada bulan Syawwal sama dengan KMI dan ini sudah berjalan
pada tahun ayang lalu. Dan sekarang
dalam baris pun lebih baik, namun demikian “even the best can be improved “
kita harus lebih baik dari sebelumnya, semuanya diabsen, mahasiswa, guru–guru, santri,
juga seluruhnya diabsen.
Kami selaku
pimpinan pondok adalah sebagai generasi kedua,
generasi kedua mengetahui sepak
terjang TRIMURTI, ikut merasakan suka duka dan keprihatinan masa-masa
perintisan Pondok, diantara generasi kedua ini telah banyak yang meninggalkan
kita, seperti Ust. Shoiman, Ust. Hadiyin Rifa’I, Ust. Hafidz Dasuki
dll dari anggauta Badan Wakaf ,
Ust. Ibrohim Thoyyib Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, Ust. Abdullah
Mahmud, Ust. Jamaluddin, Ust. Atim Husnan, dll.
Kita sekarang ini sedang
sibuk – sibuknya memikirkan generasi ketiga. Ini sangat penting untuk
mewariskan nilai-nilai perjuangan Pondok ke generasi ke Tiga yang semua itu
memerlukan waktu dan tenaga. Pidato pimpinan pondok dalam Khutbatul Arsy
mengandung nilai – nilai pondok, ajaran – ajaran pondok, program – program,
pidato kenegaraan di negara pondok modern. Maka kalau generasi ketiga tidak memperhatikan
bagaimana nanti jadinya pondok ini, saya yakin bahwa generasi ketiga ini akan
lebih baik dari genereasi kedua. Maka Khutbatul Arsy ini sangat penting karena
mengandung nilai – nilai yang tidak cukup hanya diberikan beberapa jam tapi
harus sepanjang tahun. Kamu semua sebagai santri atau siswa KMI harus mengenal
pondok dengan sebaik-baiknya, tak kenal maka tak cinta, bagaimana kamu akan
membela pondok ini kalau kamu tidak cinta. Bangaimana kamu akan meneruskan pondok
ini kalau kamu tidak kenal.
Jenjang pondok ini
ada dua : 1. KMI 2. Perguruan tinggi yang didirikan tahun 1963. selain itu
lembaga yang setara dengan perguruan Tinggi adalah PLMPM ( Pusat Latihan
Menejemen dan Pengembangan Masyarakat
) yang pada tahun ini pesertanya berjumlah 30 orang yang berada di
Mantingan . Arti
KMI adalah persemaian atau
pembibitan atau pendidikan guru – guru islam, kalian itu adalah bibit unggul
yang hampir 12.428 jumlahnya. Kalian akan disebarkan keluar dan kedalam negri,
ditanam disini dan di ISID , dan ditanam dimana –
mana.
Kita adalah guru dalam arti yang luas sesuai dengan dengan
sabda nabi : “Aku diutus ini untuk menjadi Mu’allim ”.
Mu’allim dalam arti yang luas, mu’allim dalam rumah
tangga, Mu’allim dalam peperangan, Mu’allim
dalam mengatur Negara, Mu’allim dalam pendidikan
agama, dsb. Dan dalam Islam derajat
seorang mudarris sangat tinggi, hampir – hampir seorang guru ( mu’allim ) itu menjadi seorang nabi.
KMI itu setingkat
dengan SMU atau Aliyah di Indonesia, setingkat dengan SMU di Mesir, Saudi
Arabia, Pakistan, yang istilahnya Tsanawiyah dan SMP-nya atau I’dadiyah. KMI
ini setingkat dengan SMA tetapi tidak berarti sama. Contohnya bahasa Jawa di
SMU diajarkan sedangkan di KMI tidak ada, tetapi yang diajarkan adalah bahasa
arab. Olahraga dan kesenian diajarkan
diluar kelas. Itulah artinya setingkat tetapi tidak sama. Bahasa Arab dan
Inggris dijadikan sebagai lughotut tadris dan lughotut Takhotub atau bahasa
pergaulan sehari – hari. Bahasa arab atau bahasa Inggris diwajibkan secara
aktif dan mencangkup semua segi atau semua keterampilan berbahasa, istilahnya
al maharoh al lughowiyah, diantaranya mencakup ; Al
qiroah, Al Imla ’, Al Insya ’,
Al muhadatsah, AL istima’, Al
fahmu diajarkan semuanya di KMI . Reading , Writing, Composition, Conversation, Listening,
Understanding semuanya diajarkan. Semua aktif diajarkan dan dilatihkan disini. Santri di Pondok
salaf mereka sangat faham secara mendetail tetapi mereka tidak bisa berbahasa
arab secara aktif. Pondok ini memberi kunci untuk bisa membuka khizanah ilmu,
kuncinya adalah yang pertama : bahasa arab, kedua ilmu pengetahuan dasar. Anak
kelas satu itu belum tamat belajar tetapi sudah mulai mendapat kunci untuk
memahami ilmu, nanti setelah tamat dari kelas enam bukan berarti kamu sudah
selesai belajar, justru saat itu baru mulai untuk belajar dan membuka khizanah
islamiyah dari kitab – kitab kuning. Targetnya bahasa kelas enam itu bisa
membaca kitab – kitab kuning yang baru atau yang lama. Oleh karena itu ada
ujian untuk kelas enam membuka futhu Qomus .
Atau dengan kata
lain pondok ini memberikan kail untuk memancing ikan, tidak memberikan ikan
masak tinggal dimakan habis, tetapi diberi senjata berupa kail untuk mengambil
Ikan sebanyak – banyaknya dan tidak akan habis – habisnya.
KMI itu adalah menyeimbangkan antara bahasa arab dan bahasa
Inggris atau antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama, antara
ilmu dan mental, hingga anak – anak yang masuk ke Gontor tidak hanya diuji
ilmunya saja, tetapi : 1. Ilmunya 2. Keterampilan dalam menulis dan menjawab 3.
Mentalnya. 4. Kesehatannya. Meskipun mentalnya kuat tapi kesehatannya kurang
atau sakit – sakitan maka tidak lulus. Bagaimana akan lulus, kalau ia tidak
mampu mengikuti program pendidikan yang padat, karena tugas dan amanah ini
sangat berat selama 24 jam penuh untuk mendidik calon pemimpin umat.
Banyak contoh dari
kakak kita yang mempu menguasai keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dam
agama contohnya KH. Hasyim
Muzadi , Prof.
Dr. Dien Syamsudin ,
keseimbangan antara bahasa arab dan bahasa inggris seperti Ust. Dihyatun Maskon
dll. Anak-anak yang sudah tamat dari SMA dan masuk ke Gontor, Karena tidak
seimbang dalam penguasaan bahasa Arab dan Inggris, Ilmu agama dan umum, maka
mereka harus kembali ke kalas satu
karena belum bisa membaca Al Qur’an, menulis bahasa arab, bahkan Insinyur ada
yang ke kelas satu seperti Ir. Nurmansyah, Ir. Nurimawan. Yang sudah lulus
ma’had salaf terpaksa masuk lagi kelas satu, karena meskipun sudah sangat kuat dalam
ilmu agama, pengetahuan umumnya sangat minim, bahasa Inggrisnya kurang dan
bahasa Arabnya belum bisa aktif. Semua
ini karena adanya prinsip keseimbangan.
Percaya kepada Gontor adalah baik sekali, tetapi jangan
salah, jangan terlalu percaya sehingga malas, dan jangan setengah-setengah,
badannya di Gontor tetapi jiwa dan fikirannya di luar. Memang dalam usia pondok
yang lebih dari 75 tahun ini sudah sangat banyak yang telah berhasil, banyak
anak- anak yang ingin seperti mereka yang telah berhasil, itu baik. Tetapi
jangan telalu percaya sehigga menganggap asal masuk pondok modern maka akan
menjadi alim, pasti akan menjadi hebat, saleh, tidak otomatis bisa seperti itu.
Pondok ini tempat mendidik, siapa yang malas tetap menjadi bodoh, siapa yang
rajin akan berhasil, Mahfudhotmu akan tetap berjalan sampai kamu dewasa yaitu
barang siapa yang bersungguh-sunggguh akan berhasil.
Janganlah kamu belajar di pondok ini musyrik atau mendua
hati atau setengah-setengah. Guru-guru pun tidak ada yang mendua, ibaratnyau
kamu belajar seakan-akan menggenggam bara , kalau
panas di lepaskan. Jangan Manupraninggal (sudah tinggal disini, ingin pindah ke
sekolah lain atau perguruan lain) padahal masuknya kesini berliku-liku. Kita
sudah berada disini, namun apa yang kau cari? Untuk kelas 6 selama enam tahun
di Gontor apa yang sudah kau dapat ?. Setiap waktu supaya anak –anakku sering
bertanya ke Gontor ini apa yang kau cari ? mencari enaknya makan, dirumah saja.
Dalam mencari ilmu, kalau ia sudah menemukanya maka dia akan mantap dan tenang
tidak mungkin goyah. Pendidikan disini merupakan ramuan, ibarat ramuan makan
yang harus di santap semuanya, kurikulum disini merupakan satu ramuan yang
harus di santap semuanya. Ibarat daging gulai ada kecapnya, ada cabainya, ada
bumbunya, nasinya yang merupakan satu paket yang harus disantap semuanya. Kalau
di makan kecapnya saja atau nasinya saja tidak enak, maka itulah gambaran
pendidikan dan kurikulum di sini, ini saya ingatkan karena pernah terjadi hanya
karena bujukan temannya atau pengaruh lingkungannya di luar ketika liburan
pertengahan tahun minta pulang . maka hati-hati, jangan mudah tergoda, jangan
mudah terkena penyakit. Berjalan sampai ke batas, berlayar sampai ke pulau.
Disiplin harus di jalankan, kalau ada banyak
peraturan-peraturan tetapi tidak dijalankan, itu namanya tidak disiplin. Di Indonesia banyak peraturan yang tidak dijalankan,
sehingga masyarakat tidak berdisiplin. Agama kita, Islam itu mendidik disisplin
seperti puasa dan sholat pada waktunya mengajarkan disiplin. Ketika jadi ma’mum
harus disiplin. Jadi imam juga harus disiplin ibadah haji apalagi, penuh dengan
ajaran disiplin, itulah namanya
penugasan Allah kepada hamba-hambanya supaya menjadi orang baik, dan metode itu
ditirukan oleh Gontor ini yaitu diantaranya caranya mendidik, memberi
tugas-tugas kepada anak-anak supaya dilaksanakan dan di control dan dilaporkan.
Orang hidup ini dimana saja tidak akan lepas dari disiplin,
di pondok ini, pendidikan disiplin sangat penting, maka disiplin terus di
tekankan, untuk apa disiplin ? semboyan yang kita jalankan “ IN URIIDU ILLAL ISLAH ”. saya ini tidak
bermaksud apa-apa kecuali islah. Anak di usir untuk diislah, anak dipindahkan
kamar untuk islah, guru dipindahkan untuk islah dsb. Tidak ada maksud yang lain
kecuali islah. Hanya modalnya percaya atau tidak, kalau tidak percaya akan
berat, kita memutuskan sesuatu bukan karena
berbuat semena-mena, mentang-mentang pimpinan berbuat seenaknya. Disiplin adalah
nyawa dari pondok ini, kalau tidak ada disiplin pondok akan berantakan, maka
kita akan menegakkan disiplin . menjalankan disiplin adalah ringan bagi orang
yang sadar tetapi berat bagi anak yang tidak sadar akan disiplin. Sholat itu
ringan, atas orang-orang yang sadar tetapi berat bagi yang tidak sadar “
wainnaha lakabiirotun illa ‘alal khosyi’iin “, yang berat menjalankan disiplin adalah orang-orang
yang tidak sadar. Melaksanakan disiplin adalah suatu ni’mat. sebenarnya
menjalankan disiplin merupakan suatu kesenangan dan suatu hiburan.
Selain daripada itu
anak-anak harus tahu bahwa ada 4 pelanggaran berat : 1. mencuri 2. Berhubungan
dengan wanita 3. Berkelahi 4. mempunyai I’tikad yang
tidak baik terhadap pimpinan pondok.
Pada prinsipnya pada pondok ini tidak ada paksaan, kalau
tidak mau boleh pulang sekarang juga, tetapi kalau kamu sudah menyatakan siap
di Pondok lantas ada sedikit paksaan untuk melakukan yang baik itu boleh. Disiplin
dalam bernegara, bertetangga, berorganisasi, berpartai. Jadi anak-anak perlu
dilatih dalam melaksanakan disiplin. Tahun ini disiplin ditingkatkan dan
diperketat. Tahun ini adalah tahun Jiddiyah, pengembangan pondok dari segala
aspek dan penjuru.
Isi, Visi, Misi, dari pada pengajaran dan pendidikan di
pondok modern Gontor, memang untuk menerangkan semua itu secara menyeluruh
waktunya mungkin kurang, pekan perkenalan ini tidak bisa hanya sepekan mungkin
setahun, dua tahun, tiga tahun, enam tahun, terus digunakan untuk lebih
mengenal pondok, bahkan anak – anak kelas enam ini akan lebih memahami pondok
setelah keluar dari pondok banyak permasalahan – permasalahan di luar tidak ada
kecuali di Gontor. Dari bangun pagi sampai sholat jama’ah, makan bersama, ada
olahraga, mungkin diluar kamu tidak berolahraga karena tidak ada lapangan,
tidak akan voly ball karena tidak ada lapangan, ada lapangan tidak ada yang
main kecuali minggu dan sabtu, mau main musik nggak ada musik, mau membaca
tidak ada perpustakaan, mau berkawan kawannya hanya seperti gitu–gitu saja, mau
berjuang, berpidato dihadapan siapa, melatih diri dengan sekian banyak banyak
latihan – latihan dan di Gontor tempatnya dan anak Gontor setelah dipakai luar
biasa.
Maka jangan diremehkan,
anak kelas enam ini kelihatannya
kerembis – kerembis tapi tunggu kalau sudah main luar biasa hasilnya, jadi
jangan dilihat orangnya tetapi mainnya.yang penting jangan minder.
0 komentar:
Posting Komentar