Rabu, 20 November 2013

KULIYAH UMUM BABAK III 2003

PEKAN PEERKENALAN DI PONDOK MODERN GONTOR
Oleh : KH. Drs IMAM BADRI

          Sungguh banyak sekali yang harus kita syukuri termasuk kelancaran jalannya Khutbatul Arsy. Tahun ajaran ISID kita awali pada bulan  Syawwal sama dengan KMI dan ini sudah berjalan pada tahun ayang lalu. Dan sekarang dalam baris pun lebih baik, namun demikian “even the best can be improved “ kita harus lebih baik dari sebelumnya, semuanya diabsen, mahasiswa, guru–guru, santri, juga seluruhnya diabsen.

Kami selaku pimpinan pondok adalah sebagai generasi kedua,  generasi kedua   mengetahui sepak terjang TRIMURTI, ikut merasakan suka duka dan keprihatinan masa-masa perintisan Pondok, diantara generasi kedua ini telah banyak yang meninggalkan kita, seperti Ust. Shoiman, Ust. Hadiyin Rifa’I, Ust. Hafidz Dasuki dll dari anggauta  Badan Wakaf, Ust. Ibrohim Thoyyib Pimpinan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar, Ust. Abdullah Mahmud, Ust. Jamaluddin, Ust. Atim Husnan, dll.
Kita sekarang ini sedang sibuk – sibuknya memikirkan generasi ketiga. Ini sangat penting untuk mewariskan nilai-nilai perjuangan Pondok ke generasi ke Tiga yang semua itu memerlukan waktu dan tenaga. Pidato pimpinan pondok dalam Khutbatul Arsy mengandung nilai – nilai pondok, ajaran – ajaran pondok, program – program, pidato kenegaraan di negara pondok modern. Maka kalau generasi ketiga tidak memperhatikan bagaimana nanti jadinya pondok ini, saya yakin bahwa generasi ketiga ini akan lebih baik dari genereasi kedua. Maka Khutbatul Arsy ini sangat penting karena mengandung nilai – nilai yang tidak cukup hanya diberikan beberapa jam tapi harus sepanjang tahun. Kamu semua sebagai santri atau siswa KMI harus mengenal pondok dengan sebaik-baiknya, tak kenal maka tak cinta, bagaimana kamu akan membela pondok ini kalau kamu tidak cinta. Bangaimana kamu akan meneruskan pondok ini kalau kamu tidak kenal.
Jenjang pondok ini ada dua : 1. KMI 2. Perguruan tinggi yang didirikan tahun 1963. selain itu lembaga yang setara dengan perguruan Tinggi adalah PLMPM ( Pusat Latihan Menejemen dan Pengembangan Masyarakat ) yang pada tahun ini pesertanya berjumlah 30 orang yang berada di Mantingan. Arti KMI adalah persemaian atau pembibitan atau pendidikan guru – guru islam, kalian itu adalah bibit unggul yang hampir 12.428 jumlahnya. Kalian akan disebarkan keluar dan kedalam negri, ditanam disini dan di ISID, dan ditanam dimana – mana.
          Kita adalah guru dalam arti yang luas sesuai dengan dengan sabda nabi : “Aku diutus ini untuk menjadi Mu’allim”. Mu’allim dalam arti yang luas, mu’allim dalam rumah tangga, Mu’allim dalam peperangan, Mu’allim dalam mengatur Negara, Mu’allim dalam pendidikan agama, dsb. Dan dalam Islam derajat seorang mudarris sangat tinggi, hampir – hampir seorang guru ( mu’allim )  itu menjadi seorang nabi.
KMI itu setingkat dengan SMU atau Aliyah di Indonesia, setingkat dengan SMU di Mesir, Saudi Arabia, Pakistan, yang istilahnya Tsanawiyah dan SMP-nya atau I’dadiyah. KMI ini setingkat dengan SMA tetapi tidak berarti sama. Contohnya bahasa Jawa di SMU diajarkan sedangkan di KMI tidak ada, tetapi yang diajarkan adalah bahasa arab. Olahraga dan kesenian  diajarkan diluar kelas. Itulah artinya setingkat tetapi tidak sama. Bahasa Arab dan Inggris dijadikan sebagai lughotut tadris dan lughotut Takhotub atau bahasa pergaulan sehari – hari. Bahasa arab atau bahasa Inggris diwajibkan secara aktif dan mencangkup semua segi atau semua keterampilan berbahasa, istilahnya al maharoh al lughowiyah, diantaranya mencakup ; Al qiroah, Al Imla’, Al Insya’, Al muhadatsah, AL istima’, Al fahmu diajarkan semuanya di KMI. Reading, Writing, Composition, Conversation, Listening, Understanding semuanya diajarkan. Semua aktif diajarkan dan dilatihkan disini. Santri di Pondok salaf mereka sangat faham secara mendetail tetapi mereka tidak bisa berbahasa arab secara aktif. Pondok ini memberi kunci untuk bisa membuka khizanah ilmu, kuncinya adalah yang pertama : bahasa arab, kedua ilmu pengetahuan dasar. Anak kelas satu itu belum tamat belajar tetapi sudah mulai mendapat kunci untuk memahami ilmu, nanti setelah tamat dari kelas enam bukan berarti kamu sudah selesai belajar, justru saat itu baru mulai untuk belajar dan membuka khizanah islamiyah dari kitab – kitab kuning. Targetnya bahasa kelas enam itu bisa membaca kitab – kitab kuning yang baru atau yang lama. Oleh karena itu ada ujian untuk kelas enam membuka futhu Qomus .
Atau dengan kata lain pondok ini memberikan kail untuk memancing ikan, tidak memberikan ikan masak tinggal dimakan habis, tetapi diberi senjata berupa kail untuk mengambil Ikan sebanyak – banyaknya dan tidak akan habis – habisnya.
          KMI itu adalah menyeimbangkan antara bahasa arab dan bahasa Inggris atau antara ilmu pengetahuan umum dan ilmu pengetahuan agama, antara ilmu dan mental, hingga anak – anak yang masuk ke Gontor tidak hanya diuji ilmunya saja, tetapi : 1. Ilmunya 2. Keterampilan dalam menulis dan menjawab 3. Mentalnya. 4. Kesehatannya. Meskipun mentalnya kuat tapi kesehatannya kurang atau sakit – sakitan maka tidak lulus. Bagaimana akan lulus, kalau ia tidak mampu mengikuti program pendidikan yang padat, karena tugas dan amanah ini sangat berat selama 24 jam penuh untuk mendidik calon pemimpin umat.
Banyak contoh dari kakak kita yang mempu menguasai keseimbangan antara ilmu pengetahuan umum dam agama contohnya KH. Hasyim Muzadi, Prof. Dr. Dien Syamsudin, keseimbangan antara bahasa arab dan bahasa inggris seperti Ust. Dihyatun Maskon dll. Anak-anak yang sudah tamat dari SMA dan masuk ke Gontor, Karena tidak seimbang dalam penguasaan bahasa Arab dan Inggris, Ilmu agama dan umum, maka mereka harus  kembali ke kalas satu karena belum bisa membaca Al Qur’an, menulis bahasa arab, bahkan Insinyur ada yang ke kelas satu seperti Ir. Nurmansyah, Ir. Nurimawan. Yang sudah lulus ma’had salaf terpaksa masuk lagi kelas satu, karena meskipun sudah sangat kuat dalam ilmu agama, pengetahuan umumnya sangat minim, bahasa Inggrisnya kurang dan bahasa Arabnya belum bisa aktif. Semua  ini karena adanya prinsip keseimbangan.
          Al hamdulillah syahadah KMI Gontor sudah mendapat pengakuan baik di dalam negri maupun di luar negri. Suatu lembaga pendidikan yang bagus adalah yang memikirkan jenjang pendidikan lanjutannya. SD yang baik memberikan kesempatan pendidikan ke SMP dst. Alhamdulillah  KMI Gontor sudah disamakan oleh Diknas dan Depag  dengan SMU dan Aliyah, semua ini sebagai hasil perjuangan, sebagai hasil lobi-lobi yang gigih dan perlu waktu yang panjang. Yang disamakan adalah ijazah Gontor bukan Gontornya. Banyak santri yang datang dari luar negri seperti : Singapura, Malaysia, Brunei, Thailand. Mereka datang kemari bukan untuk mencari ijazahnya tetapi untuk mondok. Dan segala apa yang di pondok ini dari kegiatan dan apa saja adalah kurikulum pondok dan KMI. Terkadang anak-anak meremehkan sebagian pelajaran, misalnya bahasa arab, sebelumnya pernah belajar di pondok salaf. Nanti setelah berjalan selama setengah tahun akhirnya bisa berbahasa arab dan bahasa Inggris, anak-anak harus sudah berbicara dalam bahasa Arab dan Inggris, demikian pula  pelajaran di kelas dua sudah akan disampaikan dengan bahasa arab.
          Percaya kepada Gontor adalah baik sekali, tetapi jangan salah, jangan terlalu percaya sehingga malas, dan jangan setengah-setengah, badannya di Gontor tetapi jiwa dan fikirannya di luar. Memang dalam usia pondok yang lebih dari 75 tahun ini sudah sangat banyak yang telah berhasil, banyak anak- anak yang ingin seperti mereka yang telah berhasil, itu baik. Tetapi jangan telalu percaya sehigga menganggap asal masuk pondok modern maka akan menjadi alim, pasti akan menjadi hebat, saleh, tidak otomatis bisa seperti itu. Pondok ini tempat mendidik, siapa yang malas tetap menjadi bodoh, siapa yang rajin akan berhasil, Mahfudhotmu akan tetap berjalan sampai kamu dewasa yaitu barang siapa yang bersungguh-sunggguh akan berhasil.
          Janganlah kamu belajar di pondok ini musyrik atau mendua hati atau setengah-setengah. Guru-guru pun tidak ada yang mendua, ibaratnyau kamu belajar seakan-akan menggenggam bara, kalau panas di lepaskan. Jangan Manupraninggal (sudah tinggal disini, ingin pindah ke sekolah lain atau perguruan lain) padahal masuknya kesini berliku-liku. Kita sudah berada disini, namun apa yang kau cari? Untuk kelas 6 selama enam tahun di Gontor apa yang sudah kau dapat ?. Setiap waktu supaya anak –anakku sering bertanya ke Gontor ini apa yang kau cari ? mencari enaknya makan, dirumah saja. Dalam mencari ilmu, kalau ia sudah menemukanya maka dia akan mantap dan tenang tidak mungkin goyah. Pendidikan disini merupakan ramuan, ibarat ramuan makan yang harus di santap semuanya, kurikulum disini merupakan satu ramuan yang harus di santap semuanya. Ibarat daging gulai ada kecapnya, ada cabainya, ada bumbunya, nasinya yang merupakan satu paket yang harus disantap semuanya. Kalau di makan kecapnya saja atau nasinya saja tidak enak, maka itulah gambaran pendidikan dan kurikulum di sini, ini saya ingatkan karena pernah terjadi hanya karena bujukan temannya atau pengaruh lingkungannya di luar ketika liburan pertengahan tahun minta pulang . maka hati-hati, jangan mudah tergoda, jangan mudah terkena penyakit. Berjalan sampai ke batas, berlayar sampai ke pulau.
          Disiplin harus di jalankan, kalau ada banyak peraturan-peraturan tetapi tidak dijalankan, itu namanya tidak disiplin. Di Indonesia banyak peraturan yang tidak dijalankan, sehingga masyarakat tidak berdisiplin. Agama kita, Islam itu mendidik disisplin seperti puasa dan sholat pada waktunya mengajarkan disiplin. Ketika jadi ma’mum harus disiplin. Jadi imam juga harus disiplin ibadah haji apalagi, penuh dengan ajaran  disiplin, itulah namanya penugasan Allah kepada hamba-hambanya supaya menjadi orang baik, dan metode itu ditirukan oleh Gontor ini yaitu diantaranya caranya mendidik, memberi tugas-tugas kepada anak-anak supaya dilaksanakan dan di control dan dilaporkan.
          Orang hidup ini dimana saja tidak akan lepas dari disiplin, di pondok ini, pendidikan disiplin sangat penting, maka disiplin terus di tekankan, untuk apa disiplin ? semboyan yang kita jalankan        “ IN URIIDU ILLAL ISLAH ”. saya ini tidak bermaksud apa-apa kecuali islah. Anak di usir untuk diislah, anak dipindahkan kamar untuk islah, guru dipindahkan untuk islah dsb. Tidak ada maksud yang lain kecuali islah. Hanya modalnya percaya atau tidak, kalau tidak percaya akan berat, kita memutuskan  sesuatu bukan karena berbuat semena-mena, mentang-mentang pimpinan berbuat seenaknya. Disiplin adalah nyawa dari pondok ini, kalau tidak ada disiplin pondok akan berantakan, maka kita akan menegakkan disiplin . menjalankan disiplin adalah ringan bagi orang yang sadar tetapi berat bagi anak yang tidak sadar akan disiplin. Sholat itu ringan, atas orang-orang yang sadar tetapi berat bagi yang tidak sadar “ wainnaha lakabiirotun illa ‘alal khosyi’iin “, yang  berat menjalankan disiplin adalah orang-orang yang tidak sadar. Melaksanakan disiplin adalah suatu ni’mat. sebenarnya menjalankan disiplin merupakan suatu kesenangan dan suatu hiburan.
Selain daripada itu anak-anak harus tahu bahwa ada 4 pelanggaran berat : 1. mencuri 2. Berhubungan dengan wanita 3. Berkelahi 4. mempunyai I’tikad yang tidak baik terhadap pimpinan pondok.
          Pada prinsipnya pada pondok ini tidak ada paksaan, kalau tidak mau boleh pulang sekarang juga, tetapi kalau kamu sudah menyatakan siap di Pondok lantas ada sedikit paksaan untuk melakukan yang baik itu boleh. Disiplin dalam bernegara, bertetangga, berorganisasi, berpartai. Jadi anak-anak perlu dilatih dalam melaksanakan disiplin. Tahun ini disiplin ditingkatkan dan diperketat. Tahun ini adalah tahun Jiddiyah, pengembangan pondok dari segala aspek dan penjuru. 
          Isi, Visi, Misi, dari pada pengajaran dan pendidikan di pondok modern Gontor, memang untuk menerangkan semua itu secara menyeluruh waktunya mungkin kurang, pekan perkenalan ini tidak bisa hanya sepekan mungkin setahun, dua tahun, tiga tahun, enam tahun, terus digunakan untuk lebih mengenal pondok, bahkan anak – anak kelas enam ini akan lebih memahami pondok setelah keluar dari pondok banyak permasalahan – permasalahan di luar tidak ada kecuali di Gontor. Dari bangun pagi sampai sholat jama’ah, makan bersama, ada olahraga, mungkin diluar kamu tidak berolahraga karena tidak ada lapangan, tidak akan voly ball karena tidak ada lapangan, ada lapangan tidak ada yang main kecuali minggu dan sabtu, mau main musik nggak ada musik, mau membaca tidak ada perpustakaan, mau berkawan kawannya hanya seperti gitu–gitu saja, mau berjuang, berpidato dihadapan siapa, melatih diri dengan sekian banyak banyak latihan – latihan dan di Gontor tempatnya dan anak Gontor setelah dipakai luar biasa.
Maka jangan diremehkan,  anak kelas enam ini kelihatannya kerembis – kerembis tapi tunggu kalau sudah main luar biasa hasilnya, jadi jangan dilihat orangnya tetapi mainnya.yang penting jangan minder.
           

          

0 komentar:

Posting Komentar

Kontributor

Diberdayakan oleh Blogger.