Rabu, 20 November 2013

KULIYAH UMUM BABAK III 2003

PEKAN PEERKENALAN DI PONDOK MODERN GONTOR

Oleh : KH. HASAN ABDULLAH SAHAL

                  
          “Bondo Bahu Pikir Lek Perlu Sak Bojone Pisan” Pak Hasan, Bu Hasan , Pak Sukri, Bu Sukri, Pak Badri Bu Badri,semuanya bondo bahu pikir lek perlu sak bojone pisan. Yang putri “ Bondo Bahu Pikir Lek Perlu Sak suamine Pisan “ harus begitu, kalau tidak jangan berjuang di Mantingan, inilah yang membikin eksisnya pondok, yang mengabadikan umurnya pondok.
Untuk diketahui bahwa di pondok TIDAK ADA TAKE AND GIVE, para kader, guru-guru, pengasuh pondok cabang, dengarkan baik-baik “ di pondok TIDAK ADA TAKE AND GIVE “, Santri-santri supaya semuanya memperhatikan “ di Pondok TIDAK ADA TAKE AND GIVE “, Yang ada hanya GIVE, AND GIVE AND GIVE , MEMBERI-MEMBERI DAN MEMBERI. Kalau ada take and give itu berarti vested and interest, ada maunya, ada kepentingan pribadi dan ekonomi, Bondo, bahu pikir lek perlu sak nyawane pisan, lek perlu sak bojone pisan. Itulah ruh Pondok, itulah spirit pondok, karena inilah pondok ini tetap eksis.
Inilah pondok dengan segala kekurangannya dengan segala kelemahan-kelemahannya, inilah kekuatan yang ada pada diri kita, misalnya ada seseorang yang anaknya kehilangan uang, lantas mengatakan bahwa pondok tidak bisa mendidik, nanti dulu. Kalau asal main tuduh seperti itu, saya juga berhak menuduh “ mungkin uangnya dulu dari hasil maling “. Ya memang pondok masih ada kekurangan-kekurangan, yang datang kesini anak yang bermacam-macam, ada yang sudah baik, ada juga yang belum baik dan ingin menjadi baik, berproses, sehingga kalau ada yang kehilangan uang, itu namanya ekses, jangan langsung difonis bahwa pondok tidak bisa mendidik.
Amerika menuduh umat Islam secara sepihak, kita pun berhak untuk menuduh Amerika dengan sepihak juga, mereka menuduh umat Islam teroris kita menuduh Amerika super maha teroris secara sepihak juga. Padahal di Amerika sekarang ini terjadi pesatnya perkembangan Islam. Jadi jangan khawatir. Hidup dengan penuh keyakinan kepada Allah, kamu yakini, percaya kepada Allah hingga mati itu lebih baik daripada tidak percaya kepada Allah dan mati.
Maka apa yang ada di pondok ini kami tidak mengaku-ngaku paling adil, tetapi kami  insya Allah tidak ada usaha untuk tidak adil, kami semuanya tidak ada pikiran untuk tidak adil, mungkin dalam tindakan-tindakan kami ini bisa saja tidak adil. Tapi kemauan untuk tidak adil tidak ada. Jadi semuanya ikut berpikir bersama, berbuat bersama, satu perasaan, sehingga antara kita dengan kita tidak ada masalah apa-apa. Dan kita tidak bisa ditarik sana tarik sini terutama peradaban - peradaban dari luar. Apa yang ada diluar tidak pasti ada di pondok ini, apa yang ada di luar tidak mesti bisa berjalan di pondok ini,  meskipun dikatakan bahwa kita tidak profesional, meskipun tidak sesuai disiplin ilmu di luar, meskipun tidak sesuai aturan Birokrasi, meskipun tidak sesuai hukum-hukum yang ada di luar, jangan terkejut kalau Gontor tidak seperti sekolah di luar, yang ada di luar tidak pasti ada di pondok, aturan yang ada di luar belum pasti cocok dengan yang ada di pondok. Sampai profesionalisme belum tentu kita pakai.
Adapertanyaan yang diajukan kepada saya “ Kenapa Gontor tidak ikut ujian persamaan, tidak menyesuaikan diri dengan kurikulum diknas atau depag ? jawabannya adalah pertanyaan kenapa  tidak diknas atau depag saja yang menyesuaikan dengan KMI Gontor ?. Inilah Gontor dengan segala kekurangan  dan kelebihannya yang ada, karena tujuan kita udah IN, makanya kamu melihat pondok ini secara keseluruhan. Apa yang ada dalam pondok ini selama 24 jam adalah mata pelajaran , kurikulummu dalam kehidupan ini, aturan-aturan ini supaya dipakai dalam kehidupan.
Karena itu saya berpesan terutama untuk para pengurus di rayon, supaya di rayon tidak terlalu banyak peraturan yang membebabi, masalah-masalah kecil jangan dibesar-besarkan, jangan terlalu banyak hukuman-hukuman, hanya papan nama tidak dipakai, atau kancing baju kurang lengkap saja dipermasalahkan sampai berbelit-belit, yang toleran sajalah, asal efektif. Tetapi kepada anak-anak saya juga berpesan agar beri’tikad baik dengan Pondok, pengurus dan disiplin, jangan sampai sangaja mengganggu keikhlasan, sengaja melanggar dan merusak disiplin. Jadi saya harap agar semua beri’tikad baik, bisa hidup di Pondokdengan harmonis.    
          Dalam ilmu perpers-an berita itu w 5 : what, who, when, where, why, h 1 : how, kemudian then baru  jadi jelas.
          What : pondok itu suatu lembaga pendidikan yang berasrama dan ada kyainya / pimpinan ada masjidnya, sebelum ada asrama yang penting pertama ada adalah masjid, kalau mau jadi kyai yang penting harus ada masjid itu kalau pesantren putra, tapi kalau pesantren putri yang pertama ada adalah pager { karena putri itu tidak selama boleh dimasjid, beda dengan putra }. Maka unsure-unsur yang harus ada di pondok adalah kiyai, santri, masjid, asrama dan kelas serta pelajaran. Kalau salah satu tidak ada ya bukan Pondok pesantren, ada kiyai, santri, sarana tetapi tidak ada pelajaran, itu namanya ngobrol. Menurut pengamatan saya pada umumnya pimpinan-pimpinan pondok pesantren alumni itu hanya tamatan KMI murni, Kalau sudah sarjana mungkin sudah terkontaminasi dengan gelar kesarjanaannnya, sehingga idealismenya luntur. Untuk menjadi kiyai pondok hendaknya sudah kawin, bagi yang belum supaya segera menikah. Itu lebih baik.
          Who : kyai, santri, pelajaran
Pesantren zaman sahabat tidak ada, juga zaman tabi’in tidak ada, yang ada hanya di Indonesia, karena itu singkronisasi antara islam dan ajaran atau thoriqot hindusiah caracara hindu dan dikompromikan disingkronkan dengan islam akhirnya berdirilah suatu lembaga pendidikan yang berbentuk pesantren itu menurut sejarah dan analisa sejarah. Kedua berdiri pesantren ini menurut sejarah adalah kalah perang fisik lawan penjajah akhirnya para kyai takut kalau sudah kalah fisik kalah moral sekalian, maka akhirnya para ulama kembali ke desa / ke kampung–kampung membina ummatnya tentang ilmu keagamaan dari satu hal anti penjajah tidak mau dijajah, karena kedholiman harus ditiadakan. Sampai sekarang pesantren itu anti penjajahan, anti imperialisme dan kolonialisme, pesantren mengajarkan kebebasan dan kemerdekaan. Zaman dulu kiyai-kiyai pesantren sampai-sampai mengharamkan memakai celana yang dinilai tasyabuh dengan penjajah, begitulah antipati mereka kepada penjajah. Karena itu di pesantren jangan sampai ada hal-hal yang berbau kolonialisme, imperialisme, dan penjajahan. Jangan mau dijajah, ditekan, diintimidasi, diikat, pondok harus mandiri, bebas dan merdeka.
          Kehidupan di pondok yang tidak ada diluar adalah hubungan ruhiyah antaran santri dengan kyai, maka kalau ada anasir-anasir yang akan memisahkan santara kyai dengan santri pasti gagal, jadi pondok bukan karena gedungnya, kelas – kelasnya, asramanya, hubungan santri dengan kyai tetap meskipun berpisah,  disini yang tidak bisa di pisahkan sebab Jiwa Ukhuwah Islamiyah. Dulu waqli santri kalau memasrahkan putranya kepada kiyai disertai kain kafan, sebagai tanda bahwa putranya diserahkan secara total untuk dibina jiwa raganya dnegan penuh kepercayaan. Saat ini wali santri diminta menandatangani surat penyerahan, semua itu untuk pencerahan dan kebersihan hati kita, sebagai wujud kesungguhan kita dalam mendidik. Santri datang dengan suka rela ke pondok , minta diterima, minta dididik, diajar dan dibina karena itu supaya apa yang di pondok ini bisa diterima dengan lapang dada.

                                            

0 komentar:

Posting Komentar

Kontributor

Diberdayakan oleh Blogger.