Bentuk bangunan
Masjid di Indonesia.
Menyimpang dari tiga bentuk tersebut, pengatapan bangunan masjid-masjid di
Indonesia pada umumnya berbentuk limas dan bertingkatkan. Ada yang tidak
memakai kubah ( misalnya, masjid-masjid tua di Jawa ) dan ada pula yang memakai
kubah ( misalnya, masjid-masjid di sumatera ). Ada pula yang beratap datar
dengan kubah di bagian sholat, seperti Masjid Istiqlal di Jakarta.
Corak, bentuk, dan komponen-komponen
bangunan masjid di Indonesia ada yang
dipengaruhi oleh seni bangunan Indonesia-Hindu dan Jawa serta ada pula yang
dipengaruhi gaya bangunan Timur Tengah, Persia, India, dan Eropa. Pengaruh seni
bangunan Indonesia-Hindu dan Jawa amat tanpak pada kontruksi masjid-masjid tua,
seperti Masjid Menara Kudus, Masjid Agung Demak, Masjid Agung Banten, Masjid
agung Surabaya, Masjid Agung Cirebon, Masjid Agung Yogyakarta.
Bangunan-bangunan Masjid yang dipengaruhi oleh gaya bangunan Timur Tengah, Persia, India, dan Eropa tanpak
pada masjid-masjid yang didirikan kemudian atau masjid-masjid tua yang
direhabilitasi dengan mengganti atau menambah unsur-unsur bangunan tertentu.
Bangunan masjid-masjid tua di Indonesia
memiliki ruangan bujur sangkar atau persegi panjang menyerupai bangunan joglo.
Bangunan luar tampak tertutup
dengan atap berbentuk limas tunggal atau bersusun yang biasanya berjumlah
ganjil. Pada bangunan masjid seperti ini terdapat barisan tiang yang
mengelilingi empat tiang induk di tengah yang disebut sokoguru yang
menopang atap limas yang disebut brunjung.
Barisan tiang sekeliling sokoguru
menompang atap yang menutup ruangan
selasar ( serambi). Bangunan masjid-masjid tua yang dibuat sejak zaman para
wali dan dan kesultanan terbuat dari konstruksi kayu.
Material bangunan yang demikian sudah lama
dikenal sejak zaman Hindu. Lantai dasar
terbuat dari batu bata atau adukan semen sebagai tempat meletakkan tiang –
tiang yang terdiri dari atas landasan yang disebut umpak. semacam ukiran
dan hiasannya beragam. Hubungan antara sokoguru dan balok atas serta kerangka
atap membentuk semacam jalinan kontruksi dengan system peletakan yang sudah
lama dikenal dalam arsitektur kayu di Jawa.
Sejalan dengan perkembangan zaman, corak
dan bentuk bangunan masjid-masjid di Indonesia juga mengalami perkembangan dan
perubahan, baik terhadap masjid-masjid tua maupun masjid-masjid yang baru
didirikan. Tetapi masjid-masjid yang didirikan oleh yayasan Amal Bakti Muslim
Pancasila umumnya menyerupai banguna joglo yang berasitekstur Jawa.
Perkembangan tersebut tanpak pada masjid-masjid tua yang direhabilitasi dengan
menambah bangunan baru dengan menganti material bangunan lama ( misalnya,
mengganti tiang-tiang kayu dengan tiang batu atau beton, lantai batu dengan
ubin, dan dinding sekat kayu dengan tembok batu).
Beberapa masjid yang mendapat tambahan
bangunan antara lain Masjid Agung banten ( bangunan menara dan madrasah),
masjid Menara Kudus ( bangunan di bagian depan berupa pintu gerbang dan kubah
bergaya arsitektur Mesir dan India yang dipadukan dengan bangunan lama bagian belakang
dengan gaya arsitektur kayu Indonesia), masjid Agung Surakarta ( pintu gerbang
dan tembok keliling yang memiliki tiga lubang pintu dengan lengkung runcing dan
menara – menara temple yang bermahkotakan kubah, yang merupkan hasil modifikasi
dari pintu gerbang masjid-masjid di India ), Masjid sumenap Madura( pintu
gerbang yang mengikuti gaya arsitektur Eropa), dan masjid Jami' Padangpanjang
dan Tanah Datar serta Masjid Sarik dekat Bukit Tinggi, Sumatera Barat(
penggantian puncak tumbang dengan mahkota kubah).
Di samping penambahan atau pengantian
unsur - unsur
bangunan pada masjid-masjid lama, ada pula masjid-masjid di Indonesiayang
menampilkan corak yang baru sama sekali. Misalnya, Masjid India. Setelah zaman
kemerdekaan muncul pula mesjid-masjid model baru, seperti Masjid Raya Makassar
( Ujung Pandang), Masjid Syuhada Yogyakarta, Masjid Agung Al-Azhar Jakarta,
Masjid IstiqlalJakarta, dan Masjid Salman di lingkungan kampus Institut Teknologi Bandung ( ITB) yang
mengunakan konsep arsitektur baru bedasarkan pemikiran ilmiah sebagai dasar
pertimbangan untuk menentukan rancangan disain. Namun demikian, di Indonesia
belum dikenal adanya gaya Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar