Sabtu, 02 November 2013

Bentuk Bangunan Masjid di Indonesia.

Bentuk bangunan Masjid di Indonesia. Menyimpang dari tiga bentuk tersebut, pengatapan bangunan masjid-masjid di Indonesia pada umumnya berbentuk limas dan bertingkatkan. Ada yang tidak memakai kubah ( misalnya, masjid-masjid tua di Jawa ) dan ada pula yang memakai kubah ( misalnya, masjid-masjid di sumatera ). Ada pula yang beratap datar dengan kubah di bagian sholat, seperti Masjid Istiqlal di Jakarta.

     Corak, bentuk, dan komponen-komponen bangunan masjid di Indonesia  ada yang dipengaruhi oleh seni bangunan Indonesia-Hindu dan Jawa serta ada pula yang dipengaruhi gaya bangunan Timur Tengah, Persia, India, dan Eropa. Pengaruh seni bangunan Indonesia-Hindu dan Jawa amat tanpak pada kontruksi masjid-masjid tua, seperti Masjid Menara Kudus, Masjid Agung Demak, Masjid Agung Banten, Masjid agung Surabaya, Masjid Agung Cirebon, Masjid Agung Yogyakarta. Bangunan-bangunan Masjid yang dipengaruhi oleh gaya bangunan  Timur Tengah, Persia, India, dan Eropa tanpak pada masjid-masjid yang didirikan kemudian atau masjid-masjid tua yang direhabilitasi dengan mengganti atau menambah unsur-unsur bangunan tertentu.
     Bangunan masjid-masjid tua di Indonesia memiliki ruangan bujur sangkar atau persegi panjang menyerupai bangunan joglo. Bangunan luar tampak tertutup dengan atap berbentuk limas tunggal atau bersusun yang biasanya berjumlah ganjil. Pada bangunan masjid seperti ini terdapat barisan tiang yang mengelilingi empat tiang induk di tengah yang disebut sokoguru yang menopang atap limas yang disebut brunjung.
     Barisan tiang sekeliling sokoguru menompang atap  yang menutup ruangan selasar ( serambi). Bangunan masjid-masjid tua yang dibuat sejak zaman para wali dan dan kesultanan terbuat dari konstruksi kayu.
     Material bangunan yang demikian sudah lama dikenal sejak zaman Hindu. Lantai dasar terbuat dari batu bata atau adukan semen sebagai tempat meletakkan tiang – tiang yang terdiri dari atas landasan yang disebut umpak. semacam ukiran dan hiasannya beragam. Hubungan antara sokoguru dan balok atas serta kerangka atap membentuk semacam jalinan kontruksi dengan system peletakan yang sudah lama dikenal dalam arsitektur kayu di Jawa.
     Sejalan dengan perkembangan zaman, corak dan bentuk bangunan masjid-masjid di Indonesia juga mengalami perkembangan dan perubahan, baik terhadap masjid-masjid tua maupun masjid-masjid yang baru didirikan. Tetapi masjid-masjid yang didirikan oleh yayasan Amal Bakti Muslim Pancasila umumnya menyerupai banguna joglo yang berasitekstur Jawa. Perkembangan tersebut tanpak pada masjid-masjid tua yang direhabilitasi dengan menambah bangunan baru dengan menganti material bangunan lama ( misalnya, mengganti tiang-tiang kayu dengan tiang batu atau beton, lantai batu dengan ubin, dan dinding sekat kayu dengan tembok batu).
     Beberapa masjid yang mendapat tambahan bangunan antara lain Masjid Agung banten ( bangunan menara dan madrasah), masjid Menara Kudus ( bangunan di bagian depan berupa pintu gerbang dan kubah bergaya arsitektur Mesir dan India yang dipadukan dengan bangunan lama bagian belakang dengan gaya arsitektur kayu Indonesia), masjid Agung Surakarta ( pintu gerbang dan tembok keliling yang memiliki tiga lubang pintu dengan lengkung runcing dan menara – menara temple yang bermahkotakan kubah, yang merupkan hasil modifikasi dari pintu gerbang masjid-masjid di India ), Masjid sumenap Madura( pintu gerbang yang mengikuti gaya arsitektur Eropa), dan masjid Jami' Padangpanjang dan Tanah Datar serta Masjid Sarik dekat Bukit Tinggi, Sumatera Barat( penggantian puncak tumbang dengan mahkota kubah).
     Di samping penambahan atau pengantian unsur - unsur bangunan pada masjid-masjid lama, ada pula masjid-masjid di Indonesiayang menampilkan corak yang baru sama sekali. Misalnya, Masjid India. Setelah zaman kemerdekaan muncul pula mesjid-masjid model baru, seperti Masjid Raya Makassar ( Ujung Pandang), Masjid Syuhada Yogyakarta, Masjid Agung Al-Azhar Jakarta, Masjid IstiqlalJakarta, dan Masjid Salman di lingkungan kampus  Institut Teknologi Bandung ( ITB) yang mengunakan konsep arsitektur baru bedasarkan pemikiran ilmiah sebagai dasar pertimbangan untuk menentukan rancangan disain. Namun demikian, di Indonesia belum dikenal adanya gaya Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar

Kontributor

Diberdayakan oleh Blogger.