A. Pendahuluan
Seni rupa
Indonesia, sebagai salah satu bentuk kesenian yang
berkembang di negara dunia ketiga, rupanya cukup dan mulai diperhitungkan
secara regional maupun internasional. Terbukti dari daya tarik dan potensi seni rupa indonesia yang unik dan
selalu menjadi incaran, baik pada dasar (kapita), atau pada kompetisi bergengsi
maupun pameran penting lain di dalam maupun pada beberapa negara di dunai. Hal
ini tidak lepas dari berbagai perkembangan isu atau tren yang terjadi di
indonesia dan negara berkembang lainnya yang mulai melirik persoalan pluralisme
dan menguatnya kepercayaan diri.
Keanekaragaman kecendrungaan (baik aliran, gaya, sejarah,
kepribadian, dan pemikiran) yang dimiliki oleh seni rupa indonesia adalah modal
yang kuat terbentuknya keinginan bersama untuk menggagas sinergi dalam
melakukan terobosan-terobosan itu. Selain bentuk keanekaragaman, lahirlah
banyak perupa dari segi kuantitas maupun kaulitas menjadi alasan pula mengapa
seni rupa indonesia demikian “ramai” dengan segala kecenderungan itu, baik
kecenderungan yang terjadi pada wacana atau tren ideologi maupun terjadinya
silang sengkarut dengan berbagai masalah.
Dalam percaturan seni rupa kontemporer, perupa(pekerja seni) maupun
pemikir seni indonesia rupanya mulai mampu mengambil peran dan ikut serta dalam
kegiatan penyjian seni, berupa kurasi, penjurian, pameran, kejuaran sampai
kegiatan lelang-lelang internasional. Kenyataan ini menunjukkan bahwa
indonesian telah mendapat posisi yang baik dalam perkembangan seni rupa di masa
kini.
Sedang kegiatan penyajian seni pada tingkat yang paling umum di
indonesia, banyak diwarnai oleh ruhnya agenda pameran di beberapa lembaga seni
seperti galeri dan museum. Tumbuhnya sekian banyak galeri di jawa saja dapat
dipandang sebagai bentuk ramainya perhelatan bernama pameran seni rupa. Bisa
diandaikan-tanpa melihat kualitas di dalamnya-bila ada 10 galeri saja di
jakarta, dan mereka melakukan pameran setiap bulan sekali, maka dalam setahun
saja telah terjadi sekitar 100 kali lebih agenda pameran. Belum lagim galeri
atau museum yang ada di kota lainya.
Para seniman, kurator, media masa, pengamat, kritikus, kolektor,
kantong budaya dan berbagai fasilitator pameran rupanya mengetahui benar
bagaimana memainkan perannya masing-masing di tengah hiruk-pikuk ini. Sehingga
yang dibutuhkan sekarang adalah upaya untuk mengorganisasi
kepenting-kepentingan tersebut menjadi satu penyajian yang menarik, unik dan
memberi suatu gambaran terhadap perkembangan seni rupa yang terjadi.
Di sudut lainnya, dunia pendidik seni juga mulai bersikap dan
merespon gejala yang terjadi tersebut. Karena bagaimanapun dunia pendidikan
seni rupa rupanya telah menjadi lahan bagi terciptanya kesadaran berintelektual
sekaligus menjanjikan lahan-lahan ekonomi (lapangan kerja). Melakukan
perhelatan-perhelatan akademis, menguak perkembangan-perkembangan, dan
melakukan kajian terhadap gejala yang terjadi dalam percaturan seni rupa secara
menyeluruh adalah pekerjaan yng akan
terus dilakukan oleh berbagai kalangan, terutama mereka yang bergerak pada
bidang pendidikan seni rupa.
B. Rumusan / methode
Oleh karena itu, maka perlu penunjang dalam pengerjaan-pengerjaan
itu semua. Sesuai dengan standar kompetensi untuk pembelajaran kesenian (baik
seni rupa, seni musik, seni tari, dan seni drama) disekolah tingkat menengah
maupun tingkat terdapat jenjang pengajaran dan pelatihan yang signifikan dalam
kesenian, yaitu sebagai berikut: (1) berapresiasi seni, (2) berkarya seni, (3)
mengkritisi karya seni, dan (4) menyajikan karya seni. Pengurutan kompetesi
seni didasarkan pada pendekatan dari mudah ke sukar atau pendekatan prosedural,
namun penguruan ini tidak munujukkan suatu hieraki yang mutlak.
Pada dasarnya kompetensi-kompotensi tersebut saling terkaitan dalam
bermuara pada kompetensi apresiasi seni. Keempat kompetensi seni tersebut
bersifat setara, sehingga hubungan antara satu kemampuan dan kemampuan lainnya
dapat disusun berdasarkan pendekatan terjala. Hubungan keempat kompetensi
tersebut dapat digambarkan dengan diagram sebagai berikut:
Apresiasi Seni
Kritik
Seni Penyajian seni
Melihat diagram di atas maka dapat diasumsikan bahwa persoalan
menggagas dan memanajemen pameran adalah wujud dari bagaimana perkara penyajian
seni harus dijalankan. Berkarya seni atau proses kreasi
adalah kegiatan dari bentuk praktik dari teori menciptakan dan teknik membuat
karya seni. Apresiasi seni adalah bentuk pengenalan medan sosial seni
rupa, terutama mengenal dunia di luar praktik berkarya seni, tentu saja
termasuk di dalamnya adalah unsur pengenalan praktik seni rupa. Kritik seni adalah
persoalan dimana pekerjaan sang seniman dan pengamat/penonton – berikut
perangkat dan alat-alat kritik – menjalin hubungan setara sehingga terjadi
sinergi untuk mengembangkan gejala dan karya yang selama ini ada. Sedangkan penyajian
seni adalah praktik manajemen (seni mengatur/menyajikan) pameran yang harus
diketahui oleh organ-organ yang berada pada bidang kajian ini.
C. Pembahasan
Pengajian seni rupa atau upaya menggagas pameran ( dimana
didalamnya termasuk manajemen pameran ) selama ini teryata telah menjadi bidang
kajian yang sangat tertinggal dibandingkan dengan sub-sub yang lain di atas.
Hal ini dapat dilihat dari minimnya penelitian, penulisan atau diskusi wacana
yang mengarah pada kesadaran untuk mengerjakan “ seni mengatur pameran” secara
lebih khusus. Dari sekian lembaga pendidikan kesenian yang ada di Indonesia
rupanya manajemen pameran adalah lahan yang hanya diminati oleh sebahagian
kecil mahasiswa, atau pekerja seni. Terbukti dengan sedikitnya person –
person yang terjun didalamnya. Hanya
beberapa lulusan dan pribadi saja yang banyak menekuni bidang manajemen
pameran. Dan rupanya pihak-pihak seperti galeri atau pemilik lembaga terkait
sajalah yang selama ini bergumul dengan pelaksanaan penyajian ( manajemen) dan
upaya mengagas pameran.
Pengertian pameran
The exhibition is a tool of
a thousand- and-one purpose, an half of them not yet discovered.( Kenneth
Luckhurst, the story of exhibition. )
Sub-sub ini mengcangkup bagaimana “ exhibition) mendapat padanan
dan diartikan dengan berbagai peragai, seperti konvensi, ekposisi, forum,
pameran, display, atau pertemuan dan sebagainya. Istilah “ ekhibisi “ dan “ display” misalnya, digunakan berganti-ganti
oleh siapa saja yang berkepentingan terutama pada dunia promosi- ekonomi.
Perbedaan tradisional antara “display “ sebagai suatu kata kerja dengan “
ekhibisi” sebagai suatu kata benda ( misalnya, mendisplay di sautu ekhibisi )
masih ditemukan dalam banyak kamus, tetapi diabaikan dalam dunia praktik. Dalam
jargo seni rupa, semua disebut “ pameran”, sekalipun pada hal-hal tertentu
memiliki perbedaan yang khas.
Hal ini sesuai apa yang ditulis oleh Henrietta Lidchi bahwa pameran
dianggap sebagai sebuah peristiwa yang memiliki ciri-ciri tersendiri dengan
mengartikulasi atau memikirkan objek-objek, teks-teks,
representasi-representasi visual, juga rekontruksi-rekontruksi dan bahkan
suara-suara yang dikreasikan melalui sitem representasional yang rumit dan
terbatas.
Sedang penulis Jhon Miller memberikan pengertian bahwa pameran
seakan-akan juga sebagai “ ritual “. Terutama dalam kasus ini berhubungan
dengan persoalan relasi kekuasaan. Sehingga dalam wacana tersebut, ia juga
mengetengahkan terminologi mega- exhibition ( mega – pameran ) sebagai sebuan
institusi ( sekalipun ideologi)
Maka aksi merencanakan, menata, merancang, mengatur, merekanyasa,
menyusun berbagai unsur yang ada dalam kegiatan kesenirupaan merupakan
seperangkat tindakan atau sitem representasi untuk mengupayakan, mewujudkan,
mengagas pameran. Semua itu merupakan sebuah aksi yang berfungsi mendekatkan
penonton untuk memasuki wilayah kreatif perupa atau karya. Lebih tepatnya salah
satu fungsi pameran adalah mengorganisasi unsur-unsur atau objek-objek
berdasarkan pertimbangan praktis, ekonomis, estetis, dan ergonomis untuk
disajikan kepada publik.
Pada bagian lain Ferguson juga menyebut bahwa pameran merupakan
sebuah sistem strategis representasi. Sebuah sistem mengorganisasi pameran yang
merupakan representasi pengunaan akan segala hal secara menarik dan baik, mulai
dari arsitektur yang selalu “ politikal” ( ia memadankan dengan art as
political”).
Ketentuan Pelaksanaan
Pameran
Penyelenggara
Penyelenggara pameran
adalah tim kerja pengelola yang dibentuk oleh pihak Galeri Nasional Indonesia,
pihak lain atau merupakan hasil gabungan kerjasama antara kedua belah pihak,
namun dalam pelaksanaannya pihak Galeri Nasional Indonesia tetap menjadi bagian
dari penyelenggaraan.
Proposal dan Evaluasi
Setiap bentuk
penyelenggaraan pameran harus didahului dengan penyusunan proposal oleh pihak
penyelenggara yang berisi mengenai konsep pameran, biodata seniman, dan repro
karya yang akan dipamerkan, selambat-lambatnya enam (6) bulan sebelum
pelaksanaan pameran.
Pelaksana pameran
temporer (event organizer) wajib menyerahkan deskripsi atau uraian materi
pameran sebelum waktu pelaksanaan untuk kepentingan publikasi agenda pameran
(calendar of event), baik cetak maupun eletronik.
Kurator atau pelaksana
pameran diharuskan menyiapkan materi informasi dan publikasi seperti: catalog,
spanduk, baligo, poster, label karya dan label pengantar kuratorial, untuk
menunjang pemahaman apresian (publik).
Pelaksana pameran
(event organizer) diharuskan melakukan koordinasi dengan pihak galeri,
khususnya hal-hal yang bersifat teknis antara lain:
a. Penyimpanan karya
b. Desain/layout pameran
c. Penataan ruangan dan
pemasangan karya (display)
d. Sarana dan perlengkapan
yang akan dipergunakan
e. Pemasangan sarana
publikasi di area Galeri Nasional Indonesia
f. Acara kegiatan lain
sebagai penunjang pameran
Setiap proposal
penyelenggaraan akan dievaluasi melalui proses seleksi oleh tim kurator Galeri
Nasional Indonesia.
Hasil evaluasi tersebut
berupa: diterima langsung, diterima denga beberapa saran dan catatan atau
ditolak langsung.
Hasil keputusan
evaluasi tim kurator Galeri Nasional Indonesia akan disampaikan melalui surat
keputusan resmi.
Waktu Penyelenggaraan
Waktu penyelenggraan Pameran Tetap berlangsung minimal 1 kali dalam satu
tahun.
Waktu penyelenggaraan
Pameran Temporer berlangsung minimal selama 10 hari, maksimal berlangsung
selama 30 hari.
Waktu penyelenggaraan Pameran Keliling minimal berlangsung selama 10 hari.
Prosedur Pameran
Prosedur dan mekanisme Pameran Tetap sebagai berikut:
a.
Penentuan atau pemilahan koleksi yang akan dipamerkan mengacu pada konsep
kuratorial dengan mempertimbangkan aspek sejarah, tematik, dan keragaman
visiualisasi bentuk.
b.
Koleksi yang akan dipamerkan harus dalam kondisi baik dan telah dilakukan
proses perawatan (restorasi/konservasi).
c.
Pada ruang pameran tetap disediakan data (label) informasi berupa pengantar
curator dan pada setiap koleksi yang dipamerkan juga disediakan label karya
atau informasi lainnya.
d.
Perubahan atau pergantian tata pameran tetap dapat dilakukan secara
periodic sata atau dua tahun sekali.
e.
Pameran tetap dibuka untuk umum setiap hari, pukul 10.00 – 16.00, kecuali
hari Senin (libur).
f.
Diupayakan penyebarluasan informasi tentang pameran tetap melalui berbagai
media publikasi serta dilakukan bimbingan edukasi untuk pengunjung yang
membutuhkan.
Prosedur dan mekanisme
Pameran Temporer di Galeri Nasional Indonesia, khususnya yang diprakarsai oleh pihak di
luar Galeri Nasional Indonesia adalah sebagai berikut:
a.
Mengajukan surat permohonan pameran atau pemakaian gedung yang ditujukan
kepada Kepala Galeri Nasional Indonesia.
b.
Surat permohonan dilampiri Proposal Pameran yang memuat konsep pameran,
biodata seniman dan repro karya yang akan sipamerkan, diajukan
selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sebelum jadwal permintaan.
c.
Setiap pameran yang akan digelar di Galeri Nasional Indonesia wajib
menggunakan kurator dan merupakan hasil dari proses kuratorial.
d.
Galeri Nasional Indonesia berhak mendapatkan dokumentasi untuk kepentingan
apresiasi, edukasi dan kepentingan ilmiah dilaksanakan dalam rangka publikasi,
promosi dan kajian perkembangan seni rupa.
Prosedur dan mekanisme
Pameran Keliling adalah sebagai berikut:
a.
Menyusun perencanaan kuratorial (TOR/Proposal Kegiatan).
b.
Merancang kerjasama dengan lembaga mitra kerja dalam hal materi dan pelaksanaan.
c.
Menetapkan materi pameran, registrasi dan asuransi.
d.
Merencanakan penulisan materi untuk dokumentasi dan publikasi.
e.
Merencanakan pengecakapan dan pengiriman karya.
f.
Merencanakan display, acara pembukaan, program edukasi untuk publik.
KERJASAMA DAN USAHA
Pengertian dan Lingkup Kerjasama
Setiap penyelengaraan
pameran merupakan bentuk kerjasama antara Galeri Nasional Indonesia dengan
Lembaga mitra lainnya, baik sebagai bentuk kerjasama kuratorial, kerjasama
teknis, maupun aspek pendanaan.
Kerjasama kuratorial
mencakup perencanaan konsep dan materi pameran, penataan pameran, kegiatan
public dan publikasi.
Kerjasama dalam aspek
pendanaan meliputi biaya perencanaan dan penyelenggaraan serta operasional
gedung.
Kerjasama teknis,
meliputi: Operasional gedung dan pemeliharaan fasilitas pameran, sumber daya
manusia, keamanan, kebersihan, dokumentasi dan publikasi.
Kerjasama Lembaga Pemerintah dan Non-Pemerintah
Kerjasama dengan Lembaga
Pemerintah diselenggarakan dalam upaya pengembangan seni budaya.
Kerjasama dengan
Lembaga antar Negara dalam rangka upaya kerjasama pertukaran kebudayaan.
Kerjasama dengan
lembaga Non-Pemerintah (profit dan non-profit) untuk meningkatkan apresiasi masyarakat
terhadap perkembangan seni rupa.
Sponsorship
Kerjasama Galeri
nasional Indonesia maupun pihak penyelenggara dengan pihak sponsor yang diatur
dalam kesepakatan kerjasama.
Pemasangan sarana
publikasi yang mencatumkan logo atau produk komersial dari sponsor
dikoordinasikan dengan pihak Galeri Nasional Indonesia.
Hal yang terkait dengan
pajak akibat pemasangan materi promosi dan produk sponsor menjadi tanggung
jawab pihak sponsor.
PERENCANAAN PAMERAN/PERGELARAN
- Pengertian Perencanaan
Penrencanaan adalah
pedoman yang akan memandu pelaksana kegiatan, agar dapat bekerja secara teratur
menurut tahapan-tahapan kegiatan yang telah di tentukan.
- Perencanaan yang Baik harus menggambarkan :
|
|
|
|
|
- Fungsi Perencanaan
- Sebagai langkah awal yang akan dilakukan para
pelaksana
- Sebagai arah yang akan menjadi pedoman para
pelaksana
- Sebagai kendali agar bisa bekerja secara efektif
dan efisien
- Sebagai tolok ukur dalam meng-evaluasi hasil
kegiatan
- Prinsip Perencanaan
- Arah : Mempunyai tujuan/arah yang akan di capai
- Kolektifitas : Hasil pendapat/pikiran/masukan
dari beberapa orang
- Fleksibilitas : Bisa menyesuaikan dengan situasi
dan kondisi yang ada
- Obyektivitas : Sesuai dengan situasi dan kondisi
yang ada
- Mandiri : Mampu melaksanakan dan bertanggung
jawab sendiri dalam organisasi
- Rencana Kegiatan
- Menentukan Bentuk Kegiatan
1.
Pameran seni lukis
|
2.
Pergelaran musik
|
3.
Pameran seni patung
|
4.
Pergelaran tari
|
- Menentukan Tema Pergelaran
1.
“Dengan pameran seni
lukis, kita hindari penggunaan narkoba”
2.
“Dengan pergelaran
musik akan meningkatan kreativitas siswa”
- Menentukan Rencana Kegiatan
|
|
|
|
|
- Contoh Rencana Pameran
12 bln sebelumnya
Ø Rencana penentuan lokasi dengan mengontak pemilik
Ø Rencana asuransi dan fasilitas yang akan dipergunakan
Ø Penentuan tanggal pameran
10 bln sebelumnya
Ø Tentukan sistem kurasi dan tema pameran
Ø Proposal, termasuk kepanitiaan selesai dikerjakan
Ø Rencana promosi
Ø Undang para mitra yang akan dimintai membantu; kurator, penulis, patron,
museum, konsultan, dewan kesenian, editor, dan sebagainya.
8 bln sebelumnya
Ø Konfirmasi pada pemilik tempat
Ø Buat daftar undangan
6 bln sebelumnya
Ø Karya seni yang di pamerkan masuk tahap
penyelesaian
Ø Materi catalog; penulisan kurasi, statemen
perupa atau fotho selesai
Ø Melakukan pemotretan dan dokumentasian
Ø Membuat siaran pers dan portofolio perupa yang
berpameran
4 bln sebelumnya
Ø Penyempurnaan karya ; pigura, packing, atau
rencana pengiriman
Ø Desai bentuk publikasi : undangan , catalog,
poster sesuai bujet
3 bln sebelumnya
Ø Cetak poster, undangan dan catalog
Ø Rencanakan person yang akan menawarkan karya
seni
Ø Hubungi curator dan mitra-mitranya yang akan
membeli karya
2 bln sebelumnya
Ø Kirim publikasi pada lembaga atau pada
orang-orang khusus ( pemandu wisata, event organizer ) dan curator.
Ø Kirim siaran perss pada media massa bulanan
1 bln sebelumnya
Ø Sebar siaran pers pada media mingguan, TV dan
Radio
Ø Kirim undangan dan publikasi untuk umum
Ø Rencana dan agenda acara pameran ( pembukaan dan
penutupan )
2 minggu sebelumnya
Ø Telpon dan kirim siaran pers pada media massa
harian
Ø Pengiriman karya ke tempat pameran
Ø Persiapan alat dan tekhnik pemasangan karya
3 hari sebelumnya
Ø Display dan persiapan tekhnik lainnya, buku
tamu, spanduk dan acara pembukaan
Ø Bila perlu adakan konferensi pers
Pembukaan pameran
Ø Hadir beberapa jam sebelum pembukaan
Ø Laksanakan acara dengan rileks dan menyenangkan
Ø Pertunjukkan yang menghiburkan
Tindak lanjut
Ø Laksanakan semua program pendukung dengan baik
Ø Kirim ucapan terima kasih pada pihak yang telah
membantu
Ø Evaluasi kerja ( pendukentasian ) dan nikmati
hasil pameran
D. Kesimpulan dan saran
Demikianlah
sejengkal waktu yang dimanfaatkan dalam perencanaan jadual pameran. Maka ketika
jadual perencanaan telah dibuat, janganlah bertindak tanpa aturan yang telah
ditetapkan. Jika telah di mulai dengan baik,
minimkan kesalahan- kesalahan yang terjadi. Selalu berfikir santai,
namun waspada akan segala kejadian dan stuasi. Hindari pembuangan waktu dan
fikiran.
Birakanlah
public yang akna menilai seberapa besarkah profesionalitas kita ( para perupa,
curator, lembaga peyelenggara, dan penggagas pameran lainnya ) dalam
mengerjakan pameran. Singkronisasi antara waktu, menajemen perencanaan hingga
pengendalian, pengenalan pasar ( medan social seni rupa ) dan kesiapan pribadi
perupa ( baik mental maupun fisik ) ditambah segala pemikiran yang ada pada
penggagas ( manajer ) pameran harus terjadi. Karena sekalipun karya itu baik
dan menarik, takkan hadir dengan sempurna tanpa penyajian yang baik pula.
Maka ketika
persoalan manajemen pameran telah dipelajari dan dilaksanakan dengan baik pula
dan sesuai dengan stuasi, tinggal bagaimana memikirkan cita-cita baru pada seni
rupa kita pada masa depan, termasuk berfikir bagaimana membangun
Dan turut
serta meramaikan isu-isu global dan internasional. Pameran seni rupa dengan keterkaitan
gejala social-budaya secara genial, interdisiplin ilmu dikemas secara cerdas,
sekaligus membangkitkan ide-ide dan pengerakan sains yang fenomenal tanpa
melupakan sinergi yang menarik dengan berbagai kalangan adalah buah tangan yang
terus menunggu. Inilah tugas kita selanjutnya.