KALIGRAFI
Islam adalah seni ruhani. “Islamic Calligraphy is a spiritual geometry
brought about with material tools”, demikian Yaqut al-Musta’shimi, sang
Maestro klasik, menggambarkan keagungan warisan tamaddun Islam ini. Kaligrafi
Islam memang bukan sembarang karya seni rupa, karena diyakini memancarkan
pesona spiritualitas. Ia pun dipersonifikasikan sebagai media ampuh yang dapat
mengkomunikasikan ide-ide, sehingga Ubaidilah ibn Abbas menyebutnya dengan
lisan al-yad atau lidahnya tangan.
Bahkan, pada
awal masa keislaman kaligrafi tidak hanya beredar pada poros estetis, tapi
telah pula memasuki wilayah teologis. Tulisan Kufi, misalnya, yang mencapai
puncak kesempurnaannya pada pertengahan abad VIII M, menjadi primadona dan
dijadikan sebagai tulisan wajib untuk menulis mushaf Alquran. Oleh sebagian
kelompok fanatik ia diyakini datang dari malaikat Jibril ketika wahyu pertama nuzul.
Titik tolak
kedigdayaan kaligrafi Islam sejurus dengan ditabuhnya genderang dakwah Islam di
abad VII M. Wahyu pertama, Iqra! (bacalah!), adalah inspirator utama
bagi tumbuh-kembangnya seni kaligrafi Islam di seantero dunia. Spirit “membaca”
pada gilirannya telah melahirkan revolusi yang tak terbendung sehingga
melahirkan 400 ranting tulisan setelah mengalami stagnasi selama 1000 tahun
lamanya. Inilah pencapaian fantastis dalam sejarah aksara di muka bumi ini.
Dalam
rentang inilah Kaligrafi Islam lahir sebagai masterpiece yang sangat
diagungkan, tidak hanya oleh umat Islam sendiri, tapi juga non muslim. Kita
dapat menikmati jejak keagungan seni kaligrafi Islam dalam pelbagai ragam
media, al-amsyaq, simbol-simbol keagamaan, dan altar-altar kekuasaan,
yang hingga kini masih tersimpan dan terpajang dengan anggunnya.
Buku yang
dihadirkan D. Sirojuddin AR ini merupakan upaya cerdas dalam rangka
menapaktilasi sekaligus merunut “syajarah al-khaththathin” atau silsilah para
kaligrafer muslim. Secara cermat, Sirojuddin mampu menyajikan keterkaitan atau
jaringan para kaligrafer muslim Nusantara dan para maestro kaligrafi di Timur
Tengah.
Oleh karena
itu, apa yang dilakukan Sirojuddin ini tidak lain merupakan karya besar yang
patut diapresiasi pemerhati dan pegiat seni Islam di Indonesia. Inilah magnum
opus pertama yang menampilkan secara komprehensif aneka karya maestro yang
memiliki nilai estetis tiada terkira. Tentu, karya ini hanyalah pemantik untuk
meledakkan karya-karya besar lainnya. Masih terlampau banyak karya-karya master
yang belum tersajikan dalam buku ini. Tampaknya Sirojuddin menginginkan
“syajarah al-khaththathin” menjelma dan mewabah dalam bentuk dan kreativitas
kawula muda di negeri ini.
Akhirnya,
jikalau kita ingin menyaksikan dan menikmati pesona keagungan kaligrafi Islam
dari masa ke masa dan dalam pelbagai coraknya, maka simaklah buku Sirojuddin
ini. Kita tidak hanya dibuat berdecak tapi juga diajak untuk berfantasi
menyelami samudera keagungan spiritualitas kaligrafi Islam. Selamat menikmati !
0 komentar:
Posting Komentar