Subtansi kaligrafi
adalah untuk memberikan goresan yang indah, menarik dan bagus. Untuk menjadikan
sebuah goresan ini bagus dan menarik maka diperlukan beberapa hal yang harus
diperhatikan, di antaranya yaitu pengelolaan qalam (pena) . namun
pengelolaan di sini tidak terfokus pada penentuan pena yang mahal, antik,
atupun unik; terlebih di pentingkan pada pemotongan mata pena dan cara
pengoresannya. Seorang penyair melukiskan putaran perempat dalam senandungnya.
“seperempat tulisan ada pada
hitam tintannya Seperempat indahnya kreasi
sang penulis.
Seperempat ada pada kalam: Engkau serasikan potongannya. Dan pada kertas-kertas
Ada faktor keempat”
Dari syi’ir diatas dapat kita
ambil sebuah kesimpulan yakni keindahan sebuah tulisan itu tergantung empat
unsur, yaitu :
a. Tinta yang bermutu
kriteria
tinta yang bermutu tidak bisa di tentukan begitu saja, karena ini berkaitan dengan
khattat yang menulis dan media yang di tulis. Namun lazimnya sebuah tinta yang
banyak di gunakan para khattat adalah tinta cina yang hitam pekat. Ya, meskipun
kebanyakan dari para khattat tersebut lebih memilih untuk meramu sendiri
tintanya agar lebih bisa di sesuaikan dengan yang mereka inginkan.
b. Keahlian sang khattat
Ini sebuah
faktor yang tidak bisa di tolelir, keahlian sang khattat. Sudah barang tentu
seorang yang ingin menguasai kaligrafi harus mempelajari kaligrafi tersebut
hingga bisa di katakan “ahli”. Keahlian disini tidak hanya berpacu pada
penguasaan teoritis tentang anatomi huruf saja, namun juga terlebih pada dalam
penguasaan kreatifisasi dan imajinasi sang khattat.
c. Qalam yang
terpotong rapi
Ini
berkaitan dalam kemampuan sang khattat dalam meraut qalam, qalam (pena) tidak
hanya dari barang-barang berjenis logam, namun juga bisa dari ranting, bambu,
rotan, handam, batang enau dan yang lainnya. Hal ini di karenakan ukuran ideal
sebuah pulpen/pena logam hanya berukuran 2-3 mm, maka kietika sang khattat di
tuntut untuk menulis dengan lebar huruf diatas 3 mm mereka bingung jika hanya
menggunakan pena logam, sehinnga pengantisipasiannya dengan menggunakan
ranting-ranting, bambu dan yang lainnya yang berukuran lebih besar dari pena
logam ideal.
Pada dasranya, qalam dapat di buat dari apa saja yang
memungkinkan, tergantung kekreatifan dan keahliah khattat dalam merautnya. Bahkan, bisa saja membuat qalam dengan bahan kayu dapur, itu cukup ekonomis
dan hasilnya pun tidak kalah saing dengan pena-pena mahal . cukup menarik kan?
Setelah
menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, kalam dapat diolah misalnya, dengan
tahap-tahap sebagai berikut:
· Ambillah
ranting bamboo yang lurus, kira-kira 20 cm lalu ratakan ujung-ujungnya agar
rapi.
· Rautlah
(dengan pisau tajam atau cutter) salah satu ujungnya dari sebelah sisi yang
menjadi perut kalam.
· Potonglah
ujung pelatuknya dengan kemiringan kurang lebih 45 derajat atau menurut
kebutuhan.
· Agar rapi
dan halus gosokkan ujung pelatuk dengan ampelas.
· Supaya arus
tinta lancar, pelatuk dipecahkan untuk dibuatkan ruas atau parit di tengahnya,
persis seperti mata pulpen cair
· Mata pena
metal atau pulpen cair dapat dipotong miring langsung kemudian ujung pelatuknya
dihaluskan dengan ampelas besi atau digosok diatas tegel, keramik, atau kaca.
Saat penghalusan, perut kalam harus berisi tinta untuk menguji coba tingkat
kehalusan goresan.
Potongan
pelatuk sangat menentukan dalam kemiringan tulisan. Dalam penulisan
naskhi kira-kira 45 derajat karena naskhi merupakan tulisan dasar dan
paling banyak dipakai. Potongan ini juga berlaku untuk sulus karena
memili alur goresan yang seirama dengan naskhi. Pelatuk yang dipotong lebih
datar kira-kira 40 derajat di gunakan untuk riq’ah yang tidak banyak memiliki
kelukan memutar. Sebaliknya kalam diwani dibuat sangat miring melibihi naskhi,
karena memiliki kelukan-kelukan membundar yang sering drastic atau ekstrim.
Harokat dan
zukhrufah (tanda-tanda hiasan) sulus berketebalan kira-kira 1/3 huruf-hurufnya.
Untuk itu mengunakan kalam yang berbeda.
d. Dan kertas yang mendukung
Begitu banyak jenis kertas yang ada di sekitar kita,
dengan beragam tipe dan varian yang lainnya. Pada dasarnya untuk menulis
kaligrafi bisa menggunakan kertas apa saja, yang penting bisa terlihat
indah ketika kita menggoreskannya, hal ini tidak lain juga berpengaruh
pada keahliyan dan kreatifitas penulis itu sendiri. Ketika kita ingin
menuliskanmenggunakan tinta yang cukup cair bisa memilih kertas yang tebal
minimal 80 g, dan yang sdikit licin. Satu hal lagi yang perlu di perhatikan
yaitu serat kertas, kadang kertas yang terlalu kasar seratnya sangat menyuitkan
dalam menggores tulisan, apalagi saat menggunakan tinta yang lumayan cair. Maka
kertas bisa di bilang ideal dan mendukung ketika kertas tersebut tebal, sedikit
licin dan memiliki keseratan yang cukup.mh.
0 komentar:
Posting Komentar