Selasa, 22 Oktober 2013

Mengolah Qalam untuk menulis Kaligrafi


 Subtansi kaligrafi adalah untuk memberikan goresan yang indah, menarik dan bagus. Untuk menjadikan sebuah goresan ini bagus dan menarik maka diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan, di antaranya yaitu pengelolaan qalam (pena) . namun pengelolaan di sini tidak terfokus pada penentuan pena yang mahal, antik, atupun unik; terlebih di pentingkan pada pemotongan mata pena dan cara pengoresannya. Seorang penyair melukiskan putaran perempat dalam senandungnya.




“seperempat tulisan ada pada hitam tintannya Seperempat indahnya kreasi sang penulis.
Seperempat ada pada kalam: Engkau serasikan potongannya. Dan pada kertas-kertas
Ada faktor keempat”


Dari syi’ir diatas dapat kita ambil sebuah kesimpulan yakni keindahan sebuah tulisan itu tergantung empat unsur, yaitu :

a.    Tinta yang bermutu

 kriteria tinta yang bermutu tidak bisa di tentukan begitu saja, karena ini berkaitan dengan khattat yang menulis dan media yang di tulis. Namun lazimnya sebuah tinta yang banyak di gunakan para khattat adalah tinta cina yang hitam pekat. Ya, meskipun kebanyakan dari para khattat tersebut lebih memilih untuk meramu sendiri tintanya agar lebih bisa di sesuaikan dengan yang mereka inginkan.

b.      Keahlian sang khattat

Ini sebuah faktor yang tidak bisa di tolelir, keahlian sang khattat. Sudah barang tentu seorang yang ingin menguasai kaligrafi harus mempelajari kaligrafi tersebut hingga bisa di katakan “ahli”. Keahlian disini tidak hanya berpacu pada penguasaan teoritis tentang anatomi huruf saja, namun juga terlebih pada dalam penguasaan kreatifisasi dan imajinasi sang khattat.

c.       Qalam yang terpotong rapi

 Ini berkaitan dalam kemampuan sang khattat dalam meraut qalam, qalam (pena) tidak hanya dari barang-barang berjenis logam, namun juga bisa dari ranting, bambu, rotan, handam, batang enau dan yang lainnya. Hal ini di karenakan ukuran ideal sebuah pulpen/pena logam hanya berukuran 2-3 mm, maka kietika sang khattat di tuntut untuk menulis dengan lebar huruf diatas 3 mm mereka bingung jika hanya menggunakan pena logam, sehinnga pengantisipasiannya dengan menggunakan ranting-ranting, bambu dan yang lainnya yang berukuran lebih besar dari pena logam ideal.

Pada dasranya, qalam dapat di buat dari apa saja yang memungkinkan, tergantung kekreatifan dan keahliah khattat dalam merautnya. Bahkan, bisa saja membuat qalam dengan bahan kayu dapur, itu cukup ekonomis dan hasilnya pun tidak kalah saing dengan pena-pena mahal . cukup menarik kan?

Setelah menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan, kalam dapat diolah misalnya, dengan tahap-tahap sebagai berikut:

·         Ambillah ranting bamboo yang lurus, kira-kira 20 cm lalu ratakan ujung-ujungnya agar rapi.
·         Rautlah (dengan pisau tajam atau cutter) salah satu ujungnya dari sebelah sisi yang menjadi perut kalam.
·         Potonglah ujung pelatuknya dengan kemiringan kurang lebih 45 derajat atau menurut kebutuhan.
·         Agar rapi dan halus gosokkan ujung  pelatuk dengan ampelas.

·         Supaya arus tinta lancar, pelatuk dipecahkan untuk dibuatkan ruas atau parit di tengahnya, persis seperti mata pulpen cair 
   
·         Mata pena metal atau pulpen cair dapat dipotong miring langsung kemudian ujung pelatuknya dihaluskan dengan ampelas besi atau digosok diatas tegel, keramik, atau kaca. Saat penghalusan, perut kalam harus berisi tinta untuk menguji coba tingkat kehalusan goresan.

Potongan pelatuk sangat menentukan dalam kemiringan tulisan. Dalam penulisan naskhi  kira-kira 45 derajat karena naskhi merupakan tulisan dasar dan paling banyak dipakai. Potongan ini juga berlaku untuk  sulus karena memili alur goresan yang seirama dengan naskhi. Pelatuk yang dipotong lebih datar kira-kira 40 derajat di gunakan untuk riq’ah yang tidak banyak memiliki kelukan memutar. Sebaliknya kalam diwani dibuat sangat miring melibihi naskhi, karena memiliki kelukan-kelukan membundar yang sering drastic atau ekstrim.
Harokat dan zukhrufah (tanda-tanda hiasan) sulus berketebalan kira-kira 1/3 huruf-hurufnya. Untuk itu mengunakan kalam yang berbeda.

d.      Dan kertas yang mendukung


Begitu banyak jenis kertas yang ada di sekitar kita, dengan beragam tipe dan varian yang lainnya. Pada dasarnya  untuk menulis kaligrafi  bisa menggunakan kertas apa saja, yang penting bisa terlihat indah ketika kita menggoreskannya,  hal ini tidak lain juga berpengaruh pada keahliyan dan kreatifitas penulis itu sendiri. Ketika kita ingin menuliskanmenggunakan tinta yang cukup cair bisa memilih kertas yang tebal minimal 80 g, dan yang sdikit licin. Satu hal lagi yang perlu di perhatikan yaitu serat kertas, kadang kertas yang terlalu kasar seratnya sangat menyuitkan dalam menggores tulisan, apalagi saat menggunakan tinta yang lumayan cair. Maka kertas bisa di bilang ideal dan mendukung ketika kertas tersebut tebal, sedikit licin dan memiliki keseratan yang cukup.mh.

0 komentar:

Posting Komentar

Kontributor

Diberdayakan oleh Blogger.