Jumat, 18 Oktober 2013

Keagungan seni kaligrafi Islam



KALIGRAFI Islam adalah seni ruhani. “Islamic Calligraphy is a spiritual geometry brought about with material tools”, demikian Yaqut al-Musta’shimi, sang Maestro klasik, menggambarkan keagungan warisan tamaddun Islam ini. Kaligrafi Islam memang bukan sembarang karya seni rupa, karena diyakini memancarkan pesona spiritualitas. Ia pun dipersonifikasikan sebagai media ampuh yang dapat mengkomunikasikan ide-ide, sehingga Ubaidilah ibn Abbas menyebutnya dengan lisan al-yad atau lidahnya tangan.


Bahkan, pada awal masa keislaman kaligrafi tidak hanya beredar pada poros estetis, tapi telah pula memasuki wilayah teologis. Tulisan Kufi, misalnya, yang mencapai puncak kesempurnaannya pada pertengahan abad VIII M, menjadi primadona dan dijadikan sebagai tulisan wajib untuk menulis mushaf Alquran. Oleh sebagian kelompok fanatik ia diyakini datang dari malaikat Jibril ketika wahyu pertama nuzul.

Titik tolak kedigdayaan kaligrafi Islam sejurus dengan ditabuhnya genderang dakwah Islam di abad VII M. Wahyu pertama, Iqra! (bacalah!), adalah inspirator utama bagi tumbuh-kembangnya seni kaligrafi Islam di seantero dunia. Spirit “membaca” pada gilirannya telah melahirkan revolusi yang tak terbendung sehingga melahirkan 400 ranting tulisan setelah mengalami stagnasi selama 1000 tahun lamanya. Inilah pencapaian fantastis dalam sejarah aksara di muka bumi ini.

Dalam rentang inilah Kaligrafi Islam lahir sebagai masterpiece yang sangat diagungkan, tidak hanya oleh umat Islam sendiri, tapi juga non muslim. Kita dapat menikmati jejak keagungan seni kaligrafi Islam dalam pelbagai ragam media, al-amsyaq, simbol-simbol keagamaan, dan altar-altar kekuasaan, yang hingga kini masih tersimpan dan terpajang dengan anggunnya.

Buku yang dihadirkan D. Sirojuddin AR ini merupakan upaya cerdas dalam rangka menapaktilasi sekaligus merunut “syajarah al-khaththathin” atau silsilah para kaligrafer muslim. Secara cermat, Sirojuddin mampu menyajikan keterkaitan atau jaringan para kaligrafer muslim Nusantara dan para maestro kaligrafi di Timur Tengah.

Oleh karena itu, apa yang dilakukan Sirojuddin ini tidak lain merupakan karya besar yang patut diapresiasi pemerhati dan pegiat seni Islam di Indonesia. Inilah magnum opus pertama yang menampilkan secara komprehensif aneka karya maestro yang memiliki nilai estetis tiada terkira. Tentu, karya ini hanyalah pemantik untuk meledakkan karya-karya besar lainnya. Masih terlampau banyak karya-karya master yang belum tersajikan dalam buku ini. Tampaknya Sirojuddin menginginkan “syajarah al-khaththathin” menjelma dan mewabah dalam bentuk dan kreativitas kawula muda di negeri ini.

Akhirnya, jikalau kita ingin menyaksikan dan menikmati pesona keagungan kaligrafi Islam dari masa ke masa dan dalam pelbagai coraknya, maka simaklah buku Sirojuddin ini. Kita tidak hanya dibuat berdecak tapi juga diajak untuk berfantasi menyelami samudera keagungan spiritualitas kaligrafi Islam. Selamat menikmati !

0 komentar:

Posting Komentar

Kontributor

Diberdayakan oleh Blogger.